HOME » EVENT » PRIA

Bangun Kekuatan Lewat “Digital Storytelling”

PRINDONESIA.CO | Selasa, 09/04/2019 | 4.283
Jojo, Ketua APPRI, berbagi ilmu membuat "digital storytelling" yang menarik dengan konten yang berisi.
Rizqi/PR INDONESIA

Riset dari USC Anneberg School for Communication and Journalism pada tahun 2017 menyatakan tren yang paling memengaruhi masa depan public relations (PR) adalah digital storytelling.

BANDUNG, PRINDONESIA.CO – Hal ini disampaikan oleh Jojo S. Nugroho pada seri workshop Humas Indonesia bekerja sama dengan PR INDONESIA di rangkaian acara PR INDONESIA Awards (PRIA) 2019 di Bandung (27/4/2019). Menurut Managing Director IMOGEN PR dan Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) yang akrab disapa Jojo ini, storytelling adalah kebutuhan manusia paling mendasar yang harus dimanfaatkan oleh PR untuk menyampaikan pesan kepada target audiens. 

Di era digital, Storytelling dapat dilakukan dengan memanfaatkan platform yang beragam dan sampai dengan cepat kepada audiens. Era ini juga memudahkan praktisi PR untuk membuat sendiri konten storytelling. Menurut riset dari Hotspot pada tahun 2018, konten yang paling menarik perhatian audiens adalah video. Berikut tipsnya:

Konten harus kreatif dan sederhana

Dalam mencari ide awal, PR harus membuat ide cerita yang menarik. Selain harus kreatif, ide harus dijaga agar tetap sederhana dan mudah diterima oleh audiens.

 

Jaga konteks

Cerita yang dibuat harus fokus pada pesan utama, jangan berbelit-belit dan terlalu panjang. Sebisa mungkin video dibuat dengan durasi tidak lebih dari tiga menit.

 

Tulis skenario

Sebelum eksekusi, PR harus memastikan skenario video ditulis dengan urut dan rapi. Tokoh, konflik dan penyelesaiannya harus terencana dengan baik.

 

Edukatif

Konten video harus mengandung unsur edukasi, agar audiens memperoleh insight baru setelah menonton. Jangan sampai isinya hanya promosi saja sehingga membuat audiens jengah dan bosan.

 

Prioritaskan isi, bukan desain

Estetika dan desain memang aspek penting dalam konten, namun PR harus tetap fokus pada isi konten yang bercerita, karena itu aspek yang terpenting.

 

Pilih medium yang relevan

Sebelum konten dipublikasikan, PR terlebih dahulu harus melakukan riset audiens dan platform apa yang paling disukai oleh audiens. Hal ini penting agar konten tepat sasaran. (den)