Milenial, Apa yang Kamu Cari?

PRINDONESIA.CO | Jumat, 15/11/2019 | 4.890
Gaji bukan menjadi yang utama.
Ratna/PR Indonesia

Era sudah berubah. Jika dulu calon pegawai yang “menjual” riwayat profilnya kepada perusahaan. Sekarang, kebalikannya. Justru perusahaan yang “menjual” visi misinya kepada calon pegawai. CEO pun ramai mengeluh, “Begitu sulit merekrut milenial dan membuat mereka bertahan!”

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Seperti yang disampaikan Johnny Widodo, CEO BeliMobilGue, di hadapan peserta  “CEO Power Breakfast: Preparing Retail and F & B Organization for Scalable Growth” di Jakarta, Jumat (15/11/2019).  “Sekarang, saya selaku CEO yang mewakili perusahaan yang harus menjelaskan kepada para calon karyawan tentang siapa kita. Kita juga harus mengatakan secara clear visi dan misi perusahaan di depan. Saya sampai bilang, “You wanna learn, come and  join with us”,” ujarnya.

Ya, saat ini karyawan atau calon penerima kerja telah mengalami pergeseran ekspektasi terhadap suatu perusahaan. Seperti hasil riset Michael Page baru-baru ini yang disampaikan oleh Imeiniar Chandra, Associate Director Michael Page Indonesia, di acara yang diselenggarakan oleh Talenta by Mekari itu.

Hasilnya, penduduk di negeri ini cenderung positif menyongsong tahun 2020. Tercatat 58 persen responden meyakini mereka akan mendapatkan peluang bekerja lebih besar di luar negeri. Sementara 73 persen responden meyakini mereka bakal memperoleh pekerjaan baru dalam kurun tiga bulan. Dan, 61 persen percaya mereka akan menerima penawaran yang lebih bagus di tahun depan.

Dampak dari itu, 91 persen responden tak segan angkat kaki apabila mereka mendapatkan penawaran yang lebih baik, budaya kerja tidak sehat, dan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan prinsip yang mereka anut. 

Pada kesempatan tersebut, Imei, sapaan karib Imeiniar juga mengungkap lima urutan teratas yang menjadi pertimbangan para pencari kerja, khususnya milenial, dalam menerima tawaran pekerjaan. Yang menarik, gaji tidak berada di urutan nomor satu. Antara lain, pertama, budaya kerja dan dinamis. Kedua, employee benefits. Ketiga, peluang mendapatkan tantangan baru. Keempat, peluang memaksimalkan kompetensi dan kemampuan diri. Kelima, uang/gaji.

Suwandi Soh, CEO Mekari, sependapat. “Kondisi serupa juga kami temui di lapangan. Yang mereka cari justru dampak yang bisa mereka berikan kepada eksternal, kesempatan mengembangkan diri dan kepastian adanya peningkatan karier. Untuk itu, salah satu hal yang harus dilakukan perusahaan adalah mengomunikasikan sedari awal dampak pekerjaan mereka terhadap society,” katanya.

 

Tumbuh Bersama

Langkah-langkah ini nampaknya sudah dilakukan oleh Kopi Kenangan. Perusahaan startups di bidang food and beverage yang sedang bertumbuh cepat tersebut senantiasa memastikan karyawannya dapat berkembang bersama serta memberikan dampak.  “Kami menerapkan budaya kerja di mana mereka bisa dengan mudah memberikan masukan, saran dan ide kepada C-level,” kata James Prananto, co-founder dan COO Kopi Kenangan.

Dengan begitu, lanjutnya, diharapkan tumbuh kebanggaan. “Apa, sih, sebenarnya tujuan milenial menggunakan media sosial?” ujarnya seraya bertanya. “Pada dasarnya untuk menunjukkan mereka bangga. Bangga bisa jalan-jalan, bangga bisa makan ini dan itu. Termasuk, bangga dengan perusahan tempat mereka bekerja. Bangga karena mereka bisa memberikan kontribusi dan dampak bagi perusahaannya,” imbuh James.

Perusahaan yang beroperasi sejak 2017 itu juga memastikan pertumbuhan bisnis yang semakin baik harus bisa dapat dirasakan bersama-sama. “Kami berikan insentif, pelatihan hingga sertifikasi. Dengan begitu, mereka bisa merasakan perusahaan menjalankan bisnis secara fair, memastikan karier mereka dapat berkembang. Sehingga, ketika mereka pindah ke perusahaan lain pun, mereka bisa mendapatkan posisi yang lebih baik,” ujarnya.

Nilai lebih inilah yang ditangkap para pencari kerja sehingga mereka tertarik menjadi bagian dari Kopi Kenangan. James mengaku banyak dari pegawainya merupakan mantan karyawan dari perusahaan-perusahaan besar. “Alasan bergabung umumnya karena di sini mereka bisa melakukan inovasi bersama C-suite, kondisi yang tidak mungkin dilakukan ketika mereka masih bekerja di perusahaan sebelumnya. Meski, dengan gaji yang lebih rendah,” tutupnya.

Jadi, terjawab dan terbuktilah riset yang disampaikan Michael Page tadi.  (rtn)