Kenali 10 Tahapan Audit Komunikasi

PRINDONESIA.CO | Selasa, 04/10/2022 | 6.031
Audit komunikasi penting demi pencapaian tujuan organisasi.
Dok. Fauxels

Audit komunikasi merupakan refleksi bagi organisasi dalam meningkatkan strategi komunikasi sehingga menjadi lebih terarah dan efektif.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Audit komunikasi memegang peranan penting layaknya audit laporan keuangan, compliance  (kepatuhan), atau audit operasional. Menurut Puji Lestari, dosen Audit Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta,  Sabtu (10/7/2021), audit komunikasi berpengaruh dalam pencapaian tujuan dan keberlanjutan organisasi.

Sayangnya, belum banyak korporasi atau praktisi public relations (PR) yang melakukan audit komunikasi. Hal ini tercermin dari survei bertajuk “Audit Komunikasi Seberapa Penting?”. Survei yang diinisiasi oleh PR INDONESIA ini berlangsung dari tanggal 13 - 26 Juli 2021 dengan melibatkan 60 praktisi PR sebagai responden.

Hasilnya, selama kurun waktu lima tahun terakhir, sebanyak 63% responden belum melakukan audit komunikasi. Alasannya, 61% menyatakan tidak ada yang mengerjakan. Sementara 53% berpendapat audit komunikasi belum masuk ke dalam program perencanaan mereka. Padahal, masih kata Puji, tidak sedikit organisasi yang gagal karena bermasalah di bagian komunikasi. Bahkan, saking pentingnya audit komunikasi, sejak 2015, sudah ada SKKNI Auditor Komunikasi.

Asesor BAN PT itu juga beranggapan bahwa audit komunikasi bukan bertujuan untuk menjatuhkan organisasi atau salah satu departemen di dalam organisasi. Tetapi, untuk memperbaiki komunikasi PR yang lebih efisien dan efektif. Kepada PR INDONESIA, ia menguraikan sepuluh tahapan dalam melakukan audit komunikasi dengan riset. Apa saja?

1.    Tentukan jenis audit komunikasi.
Jenis audit dapat dikaitkan dengan program, komunikator, pesan, saluran/media, atau efek komunikasinya.

2.    Kuasai konsep dan teori dari masing-masing jenis audit.
Setelah menentukan jenis audit yang akan digunakan, kuasai konsep dan teori yang berkaitan dengan jenis audit yang dipilih.

3.    Teori dan konsep yang sudah dikuasai dijadikan acuan dalam membuat kuesioner.
Teori ini dikenal juga dengan nama hypothetico deductive, teori dan konsep berperan sebagai kerangka acuan kuesioner yang akan dibuat.

4.    Melakukan penjabaran atau pengoperasionalan teori ke dalam variabel.
Kemudian, dilanjutkan dengan membuat pertanyaan/kuesioner berupa audit terbuka, tertutup, atau setengah terbuka. Pada saat melakukan audit, jangan lupa untuk memperhatikan perencanaan analisis data secara statistik, dapat menggunakan metode deksriptif atau eksplanatif.

5.    Melakukan penyebaran kuesioner.
Proses penyebaran kuesioner dapat dilakukan secara daring atau luring. Baik secara langsung, melalui telepon, atau diskusi grup terpumpun (focus group discussion). Selain itu, dapat juga menggunakan layanan formulir on-line, seperti Google Form, Typeform, Zoho, dan banyak lagi.

6.    Melakukan pre-test sebelum turun ke lapangan.
Langkah ini penting untuk menghindari eror saat menyebarkan kuesioner.

7.    Mengolah data.
Pada saat mengolah data pastikan kelengkapan serta kebenaran jawaban responden.

8.    Melakukan analisis data.
Analisis secara deskriptif dilakukan dengan memperhatikan mean, median, modus, dan analisis secara eksplanatif dilakukan dengan menguji hubungan/pengaruh.

9.    Menyajikan data dan hasil analisis.
Data dan hasil analisis ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi/frekuensi, grafik, atau balok.

10.    Menyusun laporan menggunakan bahasa yang komunikatif.
Seluruh data, dan hasil analisis yang telah terkumpul disusun menjadi sebuah laporan dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.

Puji mengatakan, dengan melakukan audit komunikasi yang teratur dan konsekuen sesuai tahapan di atas, dapat membantu organisasi dalam memperbaiki sistem, kebijakan, dan praktik komunikasi. (zil)