Peta Jalan Membangun Reputasi ”Brand”

PRINDONESIA.CO | Selasa, 04/10/2022 | 1.897
Perencanaan pembentukan reputasi yang baik akan berdampak pada citra organisasi di masyarakat.
Dok. Donskarpo

Praktisi PR perlu memiliki peta jalan (road map) dalam perencanaan pembentukan reputasi dari hulu ke hilir.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Membangun citra, persepsi, dan menentukan positioning merupakan tugas esensial dari praktisi public relations (PR). Semuanya berkontribusi terhadap reputasi dari sebuah brand. Paul Blanchard, pendiri agensi PR Right Angles, dalam tulisannya di laman Forbes mengatakan, reputasi merupakan kunci utama pertimbangan pelanggan dalam memilih. Secara sadar atau tidak, sering kali keputusan yang diambil oleh pelanggan/konsumen dipengaruhi oleh sugesti terhadap citra yang dibangun oleh brand.

Berdasarkan World PR Report 2020 yang dirilis oleh International Communication Consultancy Organisation, dinamisme dalam strategi perusahaan tidak lagi hanya membahas mengenai sebuah keuntungan. Lebih dari itu, soal tujuan dan nilai perusahaan. Tujuan yang dibangun perusahaan diyakini akan membentuk karakteristik bisnis di masa depan. 

Menurut Agung Laksamana, EVP Government Relations, External Affairs and Corporate Communications Freeport Indonesia, saat mengisi sesi “Corporate Communications Talk: Synergy of Financial Industry with The Media” yang diselenggarakan oleh ICONOMICS, Kamis (13/1/2022), PR membutuhkan peta jalan (road map) yang jelas dan terarah untuk membangun reputasi. Ia mengatakan, ada sebelas tahapan peta jalan membangun reputasi. Berikut uraiannya. 

1.    Mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Pahami seluruh tujuan yang ingin dicapai, baik itu tujuan pimpinan, bisnis, maupun tujuan program komunikasi.

2.    Mengenali stakeholder.
Kenali secara mendetail terkait influencer leader, key opinion leader (KOL), NGO (organisasi nonprofit), sampai asosiasi.

3.    Mengetahui positioning perusahaan.
Pahami kesan yang ingin diberikan perusahaan terhadap khalayak.

4.    Manfaatkan kanal media.
Manfaatkan dan kenali seluruh jenis media, baik paid, earned, shared, owned (PESO) media. PR juga dituntut tidak hanya sebagai komunikator, tetapi produser sekaligus penerbit informasi.

5.    Target output.
Tentukan hasil yang diinginkan. Hasil yang dimaksud bisa berupa engagement, jangkauan audiens, kebijakan, operasi tanpa gangguan, perubahan persepsi, dan masih banyak lagi.

6.    Adaptif.
Lakukan evaluasi secara berkala untuk dapat terus menyelaraskan tujuan program komunikasi dengan bisnis. Selain itu, ketahui positioning antara perusahaan dengan perusahaan kompetitor dan meninjau kembali efektivitas penggunaan kanal media.

7.    Mengenali karakteristik audiens.
Agar selalu dapat terhubung, kenali kebiasaan dan karakteristik audiens. Dengan cara ini perusahaan dapat menjadi lebih relevan.

8.    Mengetahui cara menjangkau audiens.
Selalu meninjau tren dan menganalisis efektivitasnya dalam menjangkau audiens.

9.    Mengutamakan karyawan.
Karyawan merupakan wajah dari perusahaan. Oleh karena itu, upayakan untuk memberdayakan karyawan sebagai digital brand ambassador.

10.    Membuat segala sesuatu menjadi personal.
Jadilah relevan dengan melakukan personalisasi konten yang dapat terhubung dan dekat dengan audiens.

11.    Menghadirkan konten yang bercerita
Buat konten yang mudah dipahami oleh audiens. PR juga dapat mengemas konten dengan cara berkisah atau bertutur.  

Pria yang merupakan Dewan Kehormatan PERHUMAS itu mengatakan, reputasi yang baik berdampak meningkatkan kepercayaan publik. Audiens percaya brand tersebut memiliki persamaan personalitas dan permasalahan seperti yang sedang mereka hadapi. (zil)