Salah satu cara korporasi untuk dapat mencapai misinya adalah membangun hubungan yang harmonis dengan para stakeholder.
BALI, PRINDONESIA.CO - Great Giant Food (GGF), entitas merek dari Gunung Sewu Group, meyakini public relations (PR) memiliki peran vital dalam mengelola hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholder). Menurut Head of Corporate Communications GGF Indra Ardiyanto saat mengisi sesi testimoni di kelas Stakeholder Management yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA di Bali, Kamis (16/3/2023), peran yang dilakukan oleh PR dalam mengelola hubungan yang baik dengan para stakeholder tersebut sekaligus bertujuan untuk mengomunikasikan misi korporasi sebagai penyedia makanan berkualitas tinggi dengan cara yang berkelanjutan.
Pria yang juga merupakan dosen Ilmu Komunikasi di Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR itu mengatakan, kunci utama dalam membangun hubungan yang baik dengan para stakeholder terletak pada kemampuan PR menjalin komunikasi yang terbuka dan transparan. Disamping itu kemampuan mendengarkan, memahami kebutuhan pemangku kepentingan, memberikan nilai tambah, mengakui kontribusi mereka terhadap perusahaan, serta kemampuan dalam mengelola konflik dengan baik.
Bagi GGF, tindakan-tindakan tersebut dapat membantu organisasi untuk menciptakan kepercayaan dan dukungan yang diperlukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. “Sebagai korporasi yang produknya sudah mendunia, penting bagi kami untuk mengelola hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan,” ujar Indra.
Pemetaan “Stakeholder”
Untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, peraih Insan PR INDONESIA di ajang Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) tahun 2019 tersebut juga menekankan pentingnya PR melakukan stakeholder mapping. Pemetaan pemangku kepentingan ini merupakan teknik untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memvisualisasikan pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu proyek atau organisasi.
Di GGF, stakeholder tersebut meliputi petani, peternak, pelanggan, investor, pemerintah, hingga masyarakat secara luas. Di hadapan peserta workshop, Indra menunjukkan beberapa aktivitas stakeholder engagement di antaranya mengadakan kunjungan ke Balai Pelatihan Pertanian Provinsi Lampung, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung, Perusda Bali (BUMD milik Pemerintah Provinsi Bali), hingga komunitas peternak sapi Way Kanan. GGF juga mengadakan kunjungan dan kerja sama ke berbagai universitas serta melakukan audiensi dengan Ketua DPR, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, hingga Menteri Perdagangan.
Stakeholder mapping, kata Indra, bisa dilakukan dengan menggunakan metode matriks kekuatan dan ketertarikan, kekuatan dan preferensi, hingga stakeholder canvas. Pria kelahiran Malang ini mengatakan, semua metode tersebut dapat memudahkan PR dalam mengidentifikasi pemangku kepentingan, menentukan tingkat pengaruh dan kepentingan para pemangku kepentingan, hingga memahami kebutuhan mereka.
Menurut Indra, menjawab keingintahuan Lukman, peserta workshop dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, terkait upaya yang harus dilakukan PR apabila mengalami kendala saat mengelola hubungan dengan stakeholder, pada dasarnya PR harus meningkatkan kompetensinya. Sehingga, PR mampu mengelola harapan stakeholder, mengedepankan solusi saat terjadi konflik, menunjukkan komitmen yang kuat, melibatkan stakeholder dalam membuat keputusan, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. (eda/rtn)
- BERITA TERKAIT
- Dapat Pendampingan Khusus, Para Peserta PR Bootcamp Siap Jadi Pemenang PRIA 2025
- Lebih Bergengsi dari Sebelumnya, Ketahui Kiat Jitu Menembus PRIA 2025!
- Spesial 1 Dekade, Ajang PRIA 2025 Hadirkan Inovasi dan Kategori Baru
- Pola Kerja dan Aktor Humas di Era Disrupsi Digital
- 5 Pengetahuan Ini Dapat Mengoptimalkan Digital PR Perusahaanmu