Diyas, Masinis Perempuan PT LRT Jakarta: Antara Cita dan Negara

PRINDONESIA.CO | Jumat, 20/10/2023 | 1.465
Ekky Diyasnara, Masinis PT LRT Jakarta.
Dok. PT LRT Jakarta

Ketertarikan Ekky Diyasnara terhadap profesi masinis berawal dari kegemarannya menaiki kereta sejak kecil. Diyas, begitu ia karib disapa, berhasil mewujudkan mimpinya dengan menjadi masinis untuk PT LRT Jakarta, profesi yang selama ini identik dengan kaum adam.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Selama ini profesi masinis masih identik dengan kaum adam. Pun demikian di PT LRT Jakarta. Dari sekian banyak masinis yang dimiliki, hanya ada empat masinis perempuan, salah satunya Ekky Diyasnara. Yuk, kita berkenalan dengan sosok yang karib disapa Diyas ini.

Diyas tercatat sudah empat tahun menjadi masinis LRT Jakarta. Kepada HUMAS INDONESIA, bagian dari PR INDONESIA Group, via Zoom, Jumat (13/10/2023), perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini mengaku mulai tertarik pada dunia mesin dan teknologi. Hingga ia memilih untuk fokus mempelajari bagaimana kereta api bekerja dan mengendalikannya yang dianggapnya sebuah tantangan menarik.

Ketika beranjak dewasa, ia memutuskan untuk mengejar karier sebagai masinis. Lebih dari sekadar minat pribadinya, Diyas melihat masinis sebagai profesi yang dapat berperan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.

Meski keluarganya senantiasa mendukung apa pun minat dan cita-citanya, namun Diyas tak memungkiri ada masanya keluarga merasa ragu dengan jalan yang dia pilih. Apalagi dengan lingkungan di luar rumah. Hal ini dikarenakan masih ada kesan perempuan tidak cukup mampu melakukan pekerjaan berat seperti masinis.

Kalau sudah begitu, Diyas akan kembali kepada prinsipnya. “Yang penting fokus, balas dengan prestasi,” katanya seraya mengaku tidak pernah memberi tahu kedua orang tuanya melamar sebagai masinis, hingga benar-benar diterima di PT LRT Jakarta.

Fokus

Kesungguhan Diyas tampak dari jalur pendidikan yang ditempuhnya selepas SMA. Ia memilih Jurusan D3 Teknik Elektro Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian Indonesia (PPI) Madiun, yang dulu bernama Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun. Di kota berjuluk Kota Pecel tersebut, ia telah melewati serangkaian pelatihan baik teoritis maupun praktis untuk dapat menjadi masinis.

Tak berhenti sampai di situ, Diyas juga mengikuti program sertifikasi. Salah satunya, sertifikasi Awak Sarana Perkeretapaian dari Kementerian Perhubungan. Selain, secara aktif mengasah kemampuan soft skill yang mesti dimiliki oleh seorang masinis. Mulai dari fokus, cepat dan tanggap dalam mengambil keputusan, serta tidak mudah panik ketika terjadi kesalahan atau kekeliruan saat pengoperasian kereta.

Sebenarnya, ada nilai-nilai luhur di balik cita-citanya menjadi masinis. Menurut perempuan yang kini sedang melanjutkan pendidikan strata satu Teknik Elektro di Institut Teknologi Budi Utomo, menjadi masinis adalah wujud kontribusinya sebagai anak bangsa kepada negeri tercinta. Yakni, membantu masyarakat, khususnya Jakarta, dalam melakukan mobilisasi bersama transportasi publik dengan aman, nyaman dan efisien.

Di satu sisi, perempuan yang hobi menonton film ini merasakan ada sensasi berpetualang setiap kali mengemudikan kereta. Meski, di sisi lain, sebagai masinis, mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk dapat mengantarkan penumpang dengan selamat hingga tujuan. Pada akhirnya, Diyas adalah bukti nyata bahwa gender tidak seharusnya menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita apalagi berkontribusi bagi bangsa. (adv)