
Merujuk pada kasus tersebut, pendiri sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan berpendapat, langkah paling strategis yang bisa ditempuh praktisi public relations (PR) adalah mengakui kesalahan atau pelanggaran di tubuh organisasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Sejumlah kasus kekerasan seksual yang terjadi di dunia medis beberapa waktu belakangan telah membuat publik geram. Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah pemerkosaan yang dilakukan dokter residen anestesi dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad), Priguna Anugerah P, terhadap penunggu pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Aksi keji yang dilakukan Priguna pada Selasa (18/3/2025) itu praktis berdampak langsung terhadap citra rumah sakit maupun perguruan tinggi yang terkait dengan dirinya. Untuk itu, berdasarkan siaran pers yang dirilis pada Rabu (9/4/2025), pihak Unpad maupun RSHS menyepakati langkah strategis dalam penanganan kasus.
“Unpad dan RSHS berkomitmen untuk mengawal proses ini dengan tegas, adil dan transparan serta memastikan tindakan yang diperlukan diambil untuk menegakkan keadilan bagi korban dan keluarga serta menciptakan lingkungan yang aman bagi semua,” bunyi siaran pers tersebut.
Etika Komunikasi dan Empati
Merujuk pada kasus tersebut, pendiri sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan berpendapat, langkah paling strategis yang bisa ditempuh praktisi public relations (PR) adalah mengakui kesalahan atau pelanggaran di tubuh organisasi. “Tidak perlu malu atas kesalahan yang pernah dibuat, minta maaf, akui kesalahan dan siap melangkah lebih baik lagi,” ujarnya dalam webinar PR INDONESIA Insight bertajuk Menguatkan Digital Melalui Akuntabilitas Komunikasi, Rabu (16/4/2025).
Alih-alih melihat kesalahan sebagai aib, Asmono menyarankan praktisi PR untuk memandangnya sebagai pembelajaran. Namun, imbuhnya, hal tersebut harus dibarengi dengan upaya memperkuat komunikasi sebagai perangkat untuk mengembalikan reputasi maupun dukungan publik
Seakan melengkapi Asmono, Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN) Tuhu Nugraha menegaskan, dalam situasi tersebut juga dibutuhkan empati yang tinggi, dan komitmen untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. “Baik bagi rumah sakit dan kampus harus lebih menekankan pentingnya etika komunikasi profesi dan perbaikan standar operasional prosedur (SOP) baik di Industri kesehatan dan pendidikan,” pungkasnya. (eda)
- BERITA TERKAIT
- MAW Luncurkan Buku Kelima, Bahas Praktik Komunikasi Terbaik dari Para Praktisi
- Pentingnya Komunikasi Empati bagi Organisasi, Belajar dari Kasus Dokter Pemerkosa
- Komunikasi Berbasis Pengenalan Karakter, Kunci Efektivitas Penyampaian Pesan
- Menjaga Reputasi dengan Akuntabilitas Komunikasi
- 3 Kiat Melakukan Riset Mendalam untuk Strategi PR