Hubungan antara public relations (PR) dengan media tidak dapat dipisahkan. Keduanya hendaknya bergerak seirama.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hubungan antara humas (public relations/PR) dengan media tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan memiliki peran sama, yakni menyajikan berita yang informatif dan akurat kepada masyarakat.
Evi Hafizah, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu, dalam jurnalnya yang berjudul Peran Media Dalam Pekerjaan Public Relations (2021), mengatakan, salah satu fungsi PR adalah membina hubungan yang saling menguntungkan dengan para pemangku kepentingan. Untuk dapat menjalankan fungsinya tersebut, PR memerlukan keberadaan media untuk menjangkau publiknya secara masif. Pada tataran inilah PR membutuhkan media massa.
Lulusan magister Universitas Padjadjaran ini juga memandang bahwa media massa mempunyai peranan yang sangat besar dalam memengaruhi masyarakat. Termasuk dalam upaya membangun citra yang positif, baik individu, instansi, korporasi, bahkan negara.
Umpan Klik
Walaupun demikian, kata Asmono Wikan, founder dan CEO PR INDONESIA Group, seperti yang dilansir dari Ui.ac.id, Selasa (28/11/2023), kini industri media menghadapi banyak tantangan. Hampir seluruh pekerja media saat ini bergantung pada platform media sosial dan algoritma untuk mengetahui berita yang sedang hangat dibicarakan.
Di satu sisi, pria yang tercatat sebagai Anggota Dewan Pers periode 2022 – 2025 ini melanjutkan, aspek ekonomi di dunia pers sedang mengalami ketidakstabilan. Hal ini menyebabkan media tidak selalu dapat menghasilkan karya yang berkualitas.
Akibatnya, banyak media membuat berita yang kurang berkualitas untuk menarik perhatian pembaca dan meningkatkan traffic. Salah satunya, dengan melakukan umpan klik (clickbait). Yakni, membuat judul konten yang dirancang menarik untuk memancing orang melakukan klik. Pria yang menjabat sebagai Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Dewan Pers ini juga mengatakan, cara-cara clickbait berpotensi menyudutkan pihak humas karena isi berita kerap tidak sesuai dengan judul.
Sedangkan media arus utama mencoba mengambil hati publik untuk mendukung mereka dalam menghadirkan jurnalisme berkualitas dengan cara berlangganan. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia belum rela membayar untuk membaca berita dengan kualitas yang tinggi.
Hal itu membuat praktisi humas harus sangat berhati-hati dalam memilih dan memilah media. “Sebaiknya. pilih media dengan kualitas jurnalisme yang baik dan independen yang dapat menyampaikan pesan dengan tepat dan membentuk opini publik dengan baik,” tutupnya. (dlw)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab