Menghadapi Pergeseran Media, Agensi PR Harus Adaptif

PRINDONESIA.CO | Jumat, 19/01/2024 | 1.096
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh agensi PR di era digital menuntut PR harus adaptif.
Pexels

Adanya pergeseran lanskap media menuntut pelaku agensi public relations (PR) untuk selalu adaptif dengan berbagai perubahan dan perkembangan tren.  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Agensi atau konsultan public relations (PR) memiliki peran penting dalam menumbuhkan industri PR. Dilansir dari gcomm.id, Rabu (14/12/2022), konsultan PR memiliki pemahaman yang komprehensif tentang prinsip-prinsip pemasaran, psikologi, dan komunikasi. Para konsultan juga memiliki spesialisasi dalam bidang PR yang lain, seperti komunikasi krisis, influencer marketing, dan event organizer.

Pemahaman yang dimiliki oleh agensi PR ini membuat perusahaan tertarik untuk menggunakan jasa mereka. Tak hanya itu, korporasi dan lembaga pemerintah mendapatkan banyak kemudahan dari berbagai layanan yang disediakan oleh agensi.  

Namun, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo S. Nugroho periode 2022 – 2023 ketika diwawancarai oleh PR INDONESIA, Selasa (16/1/2024),   di era digital seperti sekarang, agensi PR dihadapkan dengan berbagai tantangan. Salah satunya, perubahan lanskap media yang bergeser dari digital ke media sosial, menyusul semakin meningkatnya jumlah audiens dari kalangan milenial dan Gen Z.

Pria yang juga merupakan Chief Executive Officer (CEO) Imajin ini mengungkapkan bahwa banyaknya media komunitas turut memengaruhi cara agensi bekerja. “Media ini memiliki fokus isu tertentu dan eksis di berbagai media sosial, seperti TikTok dan Instagram,” katanya seraya memberi contoh media komunitas gender, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia. Biasanya, ia melanjutkan, media seperti ini memiliki informasi dan basis yang besar.

Selain itu, batasan antara peran PR dengan marketing dalam suatu perusahaan turut menjadi sorotan alumnus Universitas Indonesia ini. Pria kelahiran tahun 1975 ini menilai yang dilakukan oleh agensi PR kini juga mulai dilakukan oleh marketing. Hal ini membuat batasan peran antara kedua bidang tersebut menjadi sangat tipis, bahkan memunculkan persaingan yang tinggi.

Terkait makin memanasnya situasi Pemilu 2024, pria yang identik mengenakan topi fedora ini menekankan pentingnya untuk tetap bersikap netral, tidak memihak ke pasangan calon mana pun. Cara ini dapat dilakukan oleh PR dengan tidak menggunakan diksi-diksi yang sensitif dan tetap menjunjung tinggi etika dan profesionalisme.

Untuk itu, Om Jojo, begitu ia karib disapa, mengajak kepada seluruh agensi/konsultan PR untuk senantiasa mengikuti perkembangan tren. Sehingga, mereka dapat terus memberikan inovasi bagi perusahaan atau kliennya. “Di satu sisi, kondisi ini juga menuntut para pelaku agensi PR untuk selalu meningkatkan kompetensinya agar dapat membuat konten yang kreatif, efektif, dan efisien,” imbuhnya. (dlw)