Dalam menangani krisis dari publik, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Apa saja?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Beberapa waktu belakangan viral di media sosial X (dulu Twitter), pamflet bertuliskan "Program Cicilan Kuliah Bulanan di Institut Teknologi Bandung (ITB)" dari perusahaan pinjaman online (pinjol) Danacita, yang diunggah akun @ITBfess, Kamis (25/1/2024).
Tak berselang lama, ITB melalui keterangan resmi di laman itb.ac.id, Jumat (26/1/2024) menjelaskan, kerja sama dengan perusahaan tersebut telah dijalin sejak tahun 2023, untuk memberikan keleluasaan bagi mahasiswa mencicil uang kuliah tunggal (UKT).
Namun, sejumlah mahasiswa menilai kebijakan tersebut merugikan hingga sempat melakukan demo. Dilansir dari Kompas.com, Senin (29/1/2024), Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB Yogi Syahputra mengatakan, demo ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan kampus yang sangat merugikan.
Kejadian yang menjadi krisis bagi ITB tersebut, nyatanya bisa dialami instansi maupun perusahaan manapun. Untuk menghindari meluasnya dampak, dilansir dari RadVoice, ada lima langkah yang dapat dilakukan. Berikut uraiannya:
1. Membentuk Tim Respons
Dalam menangani krisis, public relations (PR) tidak bisa bekerja seorang diri. Oleh karena itu, perlu dibentuk tim untuk berbagi tugas menjawab pertanyaan dari media, mengumpulkan informasi terkait, hingga mencari solusi untuk menyelesaikan akar penyebab krisis.
2. Identifikasi Pihak Terdampak
Sebelum memberikan pernyataan kepada media mengenai krisis yang terjadi, PR perlu menyelidiki fakta dan mengidentifikasi siapa yang terdampak.
3. Membuat Pernyataan
Pernyataan pertama yang harus disampaikan adalah tentang langkah mengatasi masalah tersebut. Umumnya, pernyataan jujur dan transparan terkait langkah yang sudah dan akan dilakukan disampaikan melalui press release atau press conference.
4. Monitor Situasi
Saat berada di tengah krisis, PR harus tetap memantau perkembangan kondisi. Hal ini penting untuk menentukan langkah maupun strategi selanjutnya.
5. Bicara Pada Media
Alat manajemen krisis yang sudah dibuat dapat berdampak negatif atau positif, tergantung bagaimana PR menjawab pertanyaan dan spekulasi publik. Cara terbaik agar kriris tidak disalahartikan adalah dengan memberi ruang bagi media untuk berbicara langsung dengan sosok yang bertanggung jawab.
Demikian langkah yang bisa PR lakukan dalam menghadapi krisis agar tidak memburuk hingga memengaruhi reputasi. (dlw)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab