Pemanfaatan Teknologi di Dunia PR

PRINDONESIA.CO | Selasa, 27/02/2024 | 1.268
Pemenang PR INDONESIA Fellowship Program 2023 – 2024 Abdul Kholik mengatakan, praktisi public relations (PR) harus bisa saling melengkapi.
Dok. Abdul Kholik

Baik akademisi maupun praktisi PR sepakat, pemanfaatan teknologi dalam kerja public relations (PR) harus dilakukan dengan bijak agar jangan sampai terjebak dan ketergantungan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Penetrasi teknologi ke dalam lingkup kerja public relations (PR) telah memantik diskusi yang menarik. Soal artificial intelligence (AI) misalnya, tak sedikit yang menilai teknologi tersebut berdampak kurang baik bagi praktisi PR. Di lain pendapat, ada juga yang merasa sangat terbantu dengan kehadirannya.

Meski demikian, secara umum praktisi PR kiwari sudah memanfaatkan AI. Hal tersebut terungkap dalam laporan Chartered Institute of Public Relations (CIPR) tahun 2021 berjudul AI and Big Data Readiness Report. Laporan tersebut mencatat 80 persen praktisi PR menyatakan telah memanfaatkan kecerdasan buatan untuk pemantauan media.

Menyikapi hal tersebut, Abdul Kholik, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang menjadi salah satu pemenang PR INDONESIA Fellowship Program 2023 – 2024, menilai, praktisi PR harus mengambil langkah bijak dalam merespons kehadiran AI. Tujuannya agar jangan tergerus modernisasi, tetapi juga tidak terjebak teknologi.

Dalam praktiknya, Abdul mengajak praktisi PR untuk dapat bekerja berdampingan dengan AI. Caranya, dengan mendalami kemampuan yang tidak bisa dicapai oleh kecerdasan buatan. “Misalnya berbagai softskills seperti kolaborasi, kreativitas, berpikir kritis dan penerapan etika,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada PR INDONESIA, Rabu (7/2/2024).

Senada, ajakan bagi PR untuk berdampingan dengan AI juga diisyaratkan founder Imogen PR Indonesia Jojo S. Nugroho. Dalam keterangannya kepada PR INDONESIA, Selasa (16/1/2024), Jojo menilai, penggunaan kecerdasan buatan dan big data yang semakin masif saat ini telah turut memengaruhi tren PR 2024.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) periode 2017 – 2020 dan 2020 – 2023 itu menjelaskan, saat ini AI tidak hanya membantu PR mengidentifikasi tren dengan melakukan pemetaan. Lebih dari itu, kecerdasan buatan dapat menciptakan konten yang lebih relevan dalam rangka memudahkan kerja PR.

Baik Abdul maupun Jojo, keduanya sepakat bahwa adaptasi terhadap AI merupakan keniscayaan. Namun, kebijaksanaan dalam pemanfaatannya tetap diperlukan agar PR tidak terjebak dan ketergantungan terhadap kecerdasan buatan yang tidak bisa dipercaya sepenuhnya. (dlw)