Teknologi canggih artificial intelligence (AI) semakin memengaruhi industri public relations di tahun 2024.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menjadi tren global yang membawa disrupsi besar bagi berbagai industri, termasuk industri public relations (PR). Di Indonesia, tahun 2024 diperkirakan bakal menjadi penanda titik balik bagi industri PR dengan penerapan AI yang semakin masif.
Berdasarkan laporan 2023 AI Media Landscape Report, diskusi mengenai AI di media tradisional dan sosial telah menjangkau jutaan orang. Adapun fokus utama yang dibahas adalah dampak AI pada industri kreatif dan tenaga kerja.
Sementara itu, dalam lanskap PR yang semakin kompleks, profesional PR menghadapi tantangan tersendiri untuk dapat menavigasi dan mengidentifikasi percakapan yang paling relevan terkait AI. Di samping tantangan menggali wawasan untuk pengambilan keputusan di masa depan. Di tanah air, teknologi AI bukan hanya menjadi “Google baru”, tetapi alat yang penting untuk dapat mengerti dan berkomunikasi dengan kalangan milenial dan Generasi Z, yang jumlahnya mencapai jutaan orang.
Meskipun keberadaannya penting, namun belum sepenuhnya perguruan tinggi yang ada di Indonesia menerapkan pengajaran AI. Kondisi ini menciptakan kesenjangan antara kebutuhan industri dengan pendidikan, sementara penggunaan AI di masa depan akan semakin masif.
Kegunaan AI
Dalam konteks PR, AI dapat digunakan untuk menggali wawasan mendalam tentang audiens. Teknologi ini juga dapat membantu kerja PR dalam pembuatan strategi konten yang sesuai dengan minat dan kekhawatiran audiens saat ini. Dengan AI, PR dapat memahami kekhawatiran dan minat khalayak kunci. Teknologi ini juga dapat membantu PR dalam mengarahkan strategi pesan dan komunikasi yang berfokus pada inisiatif AI merek mereka.
Masih dari 2023 AI Media Landscape Report. Laporan tersebut juga menyoroti pentingnya memahami topik yang dominan dalam percakapan terkait AI dan berbagai hal yang mendorong sentimen. Contoh, “seni” dan “tenaga kerja” merupakan topik terbesar dan penggerak sentimen. Informasi ini membantu profesional PR untuk lebih memahami minat audiens dan menyesuaikan strategi komunikasi mereka.
Pada akhirnya, hasil dari analisis ini menunjukkan pentingnya memantau pergeseran sentimen dan mendukung etika serta kerangka regulasi dalam diskusi AI. Tim PR mungkin ingin mempertimbangkan untuk menangani kekhawatiran etis dalam upaya komunikasi mereka, menekankan transparansi, dan pengembangan AI yang bertanggung jawab. Memasuki 2024, pelaku PR di Indonesia harus bersiap menghadapi era baru komunikasi yang didorong oleh AI.
Penting bagi industri untuk mengadopsi AI dengan cara yang transparan dan bertanggung jawab, memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan kekhawatiran audiens. Dengan AI sebagai kekuatan pendorong, PR memiliki peluang untuk menyampaikan informasi sekaligus membangun koneksi yang lebih dalam dengan generasi muda yang akan menjadi audiens utama mereka.
Saat Indonesia menyongsong era AI, PR perlu mengantisipasi perubahan ini dan beradaptasi dengan cepat. Tantangan pendidikan dan pelatihan AI harus diatasi untuk mempersiapkan para profesional muda. AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk memperkuat hubungan antara merek dan audiensnya.
Dengan menggabungkan wawasan dari laporan terbaru dan memahami dinamika lokal, pelaku PR di tanah air dapat memimpin perubahan ini dan menentukan masa depan industri dalam era digital yang berkembang pesat.
- BERITA TERKAIT
- PRecious Communications Tunjuk Radityo Prabowo sebagai Country Lead Indonesia
- 3 Prioritas Anjari Umarjinto yang Kembali Terpilih Sebagai Ketum PERHUMASRI
- APPRI Luncurkan Buku PR di Indonesia Dari Masa ke Masa
- Momen Pilkada, Ini 4 Alasan Unit PR Butuh Strategi Komunikasi Khusus
- Refleksi Satu Dekade Komunikasi Jokowi dari Para Pakar