Cara Harita Nickel Memitigasi Risiko Reputasi yang Melekat pada Perusahaan

PRINDONESIA.CO | Selasa, 23/04/2024 | 3.195
Harita Nickel menghadapi risiko reputasi dengan mengedepankan pendekatan yang transparan dan mengedukasi.
Foto Harita Nickel

Harita Nickel mencoba memitigasi risiko reputasi yang melekat pada industri pertambangan dengan pendekatan transparansi dan edukasi. Seperti apa?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Setiap industri memiliki risiko reputasi. Bagi industri pertambangan, kata Head of Corporate Communications Harita Nickel Haviez Gautama dalam wawancara eksklusif bersama PR INDONESIA, Jumat (23/2/2024), risiko tersebut dapat berupa persepsi publik terhadap operasional perusahaan yang dinilai dapat merusak lingkungan.

Haviez menjelaskan, persepsi tersebut merupakan risiko yang melekat pada industri pertambangan. Dengan kata lain, perusahaan pemrosesan dan pertambangan nikel seperti Harita Nickel tidak dapat menghindarinya. Utamanya, lanjut alumnus STIE Perbanas itu, karena aktivitas perusahaan yang bersifat tertutup. "Kami menjadi bagian dari proyek strategis nasional yang tertutup. Sehingga akses bagi masyarakat sangat terbatas," ujarnya.

Meski demikian, Ketua Bidang Komunikasi Publik dan Kehumasan BPP PERHUMAS menyampaikan, risiko reputasi dari persepsi publik yang disebabkan ketidakpahaman tentang praktik bisnis industri pertambangan dapat dimitigasi. Bagi Harita Nickel, langkah mitigasi tersebut berupa transparansi. “Saya diberi mandat menyampaikan informasi apa adanya kepada stakeholder, terutama media dan investor,” sambungnya.

Dalam praktiknya, transparansi diejawantahkan Harita Nickel dengan cara membuka diri untuk setiap masukan, dan mulai memperlihatkan kawasan operasional mereka di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Hal itu tercermin salah satunya melalui kolaborasi dengan YouTuber otomotif Fitra Eri dan Om Mobi.

Edukasi

Selain transparansi, memberikan edukasi mengenai nikel dan perannya dalam rantai pasokan juga menjadi bagian krusial dari mitigasi risiko reputasi yang dijalankan Harita Nickel. Namun, Haviez tak menampik bahwa ada tantangan dalam menyampaikan informasi mengenai pertambangan yang cenderung kaku.

Untuk menyiasatinya, Haviez bersama timnya di divisi corporate communication memosisikan diri sebagai storytellers, yang bertanggung jawab mengemas konten bersifat teknis menjadi mudah dipahami publik. “Kunci dari efektivitas komunikasi adalah kesengajaan,” katanya.

Sejalan dengan itu, Harita Nickel juga menunjukkan keberpihakannya terhadap aspek lingkungan dan sosial melalui pemberdayaan masyarakat, daur ulang sisa produksi, pelestarian satwa endemik, hingga pembentukan tim khusus yang menjaga kelestarian lingkungan.

Dengan semua itu, Haviez menegaskan, Harita Nickel ingin membangun kepercayaan publik terhadap perusahaan, sekaligus hendak memberikan pemahaman komprehensif tentang proses bisnis perusahaan di tengah tren kendaraan listrik yang menggunakan nikel sebagai salah satu bahan baku baterai. (jar)