Pakar Komunikasi Publik Menilai Penerapan Etika Digital Belum Membudaya

PRINDONESIA.CO | Rabu, 24/04/2024
Peran akademisi dalam meningkatkan literasi digital.
Tangkapan Layar YouTube Katadata

Menurut Pakar Komunikasi Publik sekaligus Dewan Pakar Perhumas Nia Sarisnatiti, penurunan budaya digital mungkin terjadi lantaran semakin banyak perangkat digital yang harus dipelajari.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menyusul penetrasi digital di berbagai bidang, penerapan etika digital (digital ethics) menjadi topik yang selalu disorot. Namun, yang juga tak kalah penting, kata Pakar Komunikasi Publik Nia Sarisnatiti, adalah budaya digital (digital culture) yang kemudian berkembang di masyarakat.

Kendati harus sejalan, Nia menyampaikan, peningkatan etika digital saat ini berbanding terbalik dengan budaya digital yang justru menurun. “Harusnya digital ethics itu memengaruhi digital culture kita,” ujarnya dalam acara “Road to WPRF 2024: AI dan Masa Depan Komunikasi Publik” yang diselenggarakan KataData di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Menurut perempuan yang juga merupakan Dewan Pakar Perhumas itu, penurunan budaya digital mungkin terjadi lantaran semakin banyak perangkat digital yang harus dipelajari. “Misalnya, generasi saya itu masih menggunakan Power Point, sementara anak muda sekarang menggunakan Canva. Ini dapat menjadi alasan kenapa ethics naik, tetapi culture menurun,” imbuhnya.

Bagi Nia, alasan tersebut harus menjadi landasan berbagai pihak untuk terlibat menggencarkan literasi digital di masyarakat. Ia menilai perlu adanya dorongan agar pelaksanaan etika digital dalam kehidupan sehari-hari membudaya. Terlebih di era post-truth saat ini, perilaku individu akan berdampak bagi kehidupan digital. “Contohnya, ada pegawai suatu perusahaan parkir sembarangan dan ketika ditegur meludah. Momen tersebut viral dan turut memengaruhi citra perusahaannya,” terangnya.

Komunikasi Internal

Seakan menyambung apa yang menjadi perhatian Nia, AVP Media Departemen Komunikasi Korporat PT Petrokimia Gresik (PG) Try Desriady dalam sesi workshop The 9th PR INDONESIA Awards (PRIA) di Bali, Rabu (6/3/2024), mengatakan, public relations (PR) harus senantiasa memperkuat komunikasi internal guna mengamplifikasi pesan maupun edukasi yang hendak disampaikan.

Selain dapat memitigasi potensi risiko, menurut Try, komunikasi internal dapat memastikan karyawan menjalankan peran penting dalam membangun citra positif dan meningkatkan reputasi perusahaan, terutama di dunia digital. (dlw)