4 Manfaat AI untuk PR Menurut Ketua Umum PERHUMAS

PRINDONESIA.CO | Senin, 29/04/2024 | 1.384
Boy Kelana Soebroto, Ketua Umum Perhumas saat membuka acara oad to WPRF 2024 di Jakarta, Selasa (23/4/2024). Foto: Youtube Katadata Indonesia.
Foto YouTube Katadata

Menurut Ketua Umum Perhumas Boy Kelana Soebroto, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan inovasi yang paling transformatif di dunia kehumasan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Artificial intelligence (AI) tidak hanya sebagai alat, tetapi juga teman strategis dalam evolusi dan praktik humas.” Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Perhumas Boy Kelana Soebroto saat membuka acara Road to WPRF 2024 bertajuk “AI dan Masa Depan Komunikasi Publik” yang digelar Katadata di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Pria yang pernah dinobatkan sebagai Indonesia PR Top Leader Awards 2023 tersebut menilai, perkembangan AI telah mengubah praktik dan lanskap aktivitas kehumasan. Setidaknya, karena AI turut menawarkan empat peluang pemanfaatan bagi praktisi humas. Apa saja?

1. AI dapat Membantu Menganalisis Data dan Memahami Tren

Dalam hal ini, Boy mengatakan, AI dapat dimanfaatkan humas untuk menganalisis sentimen dan reaksi publik atas kampanye yang dilakukan oleh organisasi.

2. Personalisasi Pesan

AI memungkinkan humas mempersonalisasi pesan atau narasi komunikasi yang hendak ditujukan  kepada stakeholder berdasarkan pemahaman atas karakteristik audiens target, sehingga pesan yang didesiminasikan menjadi lebih relevan.

3. Membantu Manajemen Krisis

Manfaat ini didapatkan humas dari kemampuan AI mengidentifikasi potensi krisis melalui media monitoring. Adapun setelah mendapatkan hasil klasifikasi isu dari AI, humas dapat melakukan mitigasi sedini mungkin untuk mengantisipasi krisis.

4. Automasi Konten

Dalam praktik kerjanya, humas sejatinya dibebankan oleh aktivitas berulang yang sebenarnya tidak terlalu berat tetapi cukup menyita waktu. Misalnya mengunggah konten di berbagai platform media sosial perusahaan. Namun, dengan bantuan AI, humas dapat melakukannya sekaligus lewat automasi.  “Automatisasi ini membebaskan praktisi PR dari tugas-tugas rutin sehingga memungkinkan untuk fokus pada strategi dan kreativitas,” terang Boy.

Kendati perkembangan kecerdasan buatan menawarkan sejumlah manfaat, Boy menegaskan, integrasi AI dalam praktik kerja humas harus dibarengi kebijaksanaan. Sebab, baginya, penggunaan AI harus tetap berlandaskan pada etika profesi. Sejalan, ia mengatakan, Perhumas bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika saat ini tengah menggodok kode etik kehumasan dengan adaptasi AI. (aza)