Menakar Pentingnya Kemampuan Negosiasi dan Persuasi bagi PR

PRINDONESIA.CO | Kamis, 02/05/2024 | 1.329
Senior Manager External Communication & Stakeholder PT Pertamina Hulu Energi Eviyanti Rofraida saat mengisi acara Talkshow #42 dengan tema “Mengapa PR Harus Jago Persuasi dan Negosiasi?”, Jumat (26/4/2024).
Tangkapan Layar MAW Talk

Menurut Manager External Communication & Stakeholder PT Pertamina Hulu Energi Eviyanti Rofraida, persuasi dan negosiasi merupakan kemampuan mutlak yang harus dimiliki praktisi PR. Apa alasannya?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Public relations (PR) secara umum dapat dilihat sebagai sebuah jembatan bagi kepentingan organisasi dengan berbagai stakeholder. Oleh karena itu, menurut Manager External Communication & Stakeholder PT Pertamina Hulu Energi Eviyanti Rofraida, persuasi dan negosiasi menjadi kemampuan mutlak yang harus dimiliki praktisi PR.

Perempuan yang karib disapa Evi itu menjelaskan, dua kemampuan tersebut penting dimiliki PR untuk menyelaraskan kepentingan yang berbeda. Ia mencontohkan, PR perlu hadir di tengah kepentingan perusahaan yang ingin mendapatkan untung besar, sementara pelanggan ingin mendapatkan produk dengan harga terjangkau. “PR harus mengambil jalan tengah untuk menjembatani kepentingan itu,” ujarnya dalam MAW Talk #42 yang dipandu Chairman MAW Talk sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan, Jumat (26/4/2024).

Dalam kehadiran tersebut, lanjut Evi, PR membutuhkan kemampuan negosiasi untuk menentukan bargaining position atau posisi tawar, guna menyelaraskan kepentingan kedua belah pihak. Adapun pada praktiknya, PR harus memastikan pressure dan pleasure dapat tercapai. “Objektif PR di sini adalah memenangkan kedua belah pihak dengan kesepakatan yang dapat diterima oleh keduanya,” imbuhnya.

Posisi Persuasi

Merespons penjelasan Evi, Asmono lantas mengarahkan diskusi ke aspek persuasi, mengingat dua hal yang ditawarkan PR dalam negosiasi adalah pressure dan pleasure. Menjawab hal tersebut, alumnus Universitas Airlangga Surabaya tersebut mengatakan, persuasi terletak pada rangkaian tertentu dalam komunikasi yang dijalankan.

Ia menjelaskan, proses komunikasi lebih dari sekadar menyampaikan pesan. Ada beberapa tahapan yang dilalui, mulai dari memupuk awareness, membangun pemahaman dan persetujuan, serta mengajak orang untuk mengikuti pesan yang disampaikan. “Nah, persuasi diperlukan ketika kita ingin meyakinkan orang untuk menerima, menyetujui, maupun mengikuti ide yang kita sampaikan,” terangnya.

Untuk melakukan hal tersebut, Evi melanjutkan, kemampuan pemimpin dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) dan menyusun strategi komunikasi sangat dibutuhkan. Menurutnya, dengan itu keputusan melakukan persuasi dengan memanfaatkan SDM tertentu dapat ditakar dengan baik. “Sehingga stakeholders yang kita persuasi mau mengikuti ide yang kita usulkan,” pungkasnya. (dlw)