Pandangan Tentang AI dan Tantangan Tim Media Sosial di Kawasan Asia-Pasifik

PRINDONESIA.CO | Kamis, 16/05/2024 | 1.107
Tim media sosial di berbagai perusahaan di Kawasan Asia Pacific (APAC) mulai menggunakan artificial intelligence (AI) dalam menyusun dan mengeksekusi strategi komunikasinya.
Dok. Meltwater

Sebanyak 55 persen profesional pemasaran dan komunikasi di Asia-Pasifik mengaku akan meningkatkan penggunaan artificial intelligence (AI) pada 2024. Namun, mayoritas tim media sosial malah dihadapkan dengan tantangan besar untuk melakukan inisiatif bagi organisasi.  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Penetrasi artificial intelligence (kecerdasan buatan/AI) ke dalam berbagai industri perlahan kian mantap. Seperti terungkap dalam laporan Meltwater State of Social Media 2024, sebanyak 55 persen responden dari total 2.000 profesional media sosial, pemasaran, public relations (PR), dan komunikasi di kawasan Asia-Pasifik, mengaku akan meningkatkan penggunaan AI pada tahun ini.

Selain itu, laporan tersebut juga mencatat terdapat 64 persen responden yang menilai AI telah menghemat waktu mereka menulis konten. Sementara lainnya sebanyak 36 persen menyatakan AI telah membantu meningkatkan salinan konten. “AI akan terus menjadi teknologi yang diminati karena dapat meningkatkan kemampuan tim media sosial,” ujar Vice President - Enterprise and Partner Meltwater Asia-Pacific Mimrah Mahmood melalui keterangan tertulis, Senin (13/5/2024).

Selaras, Mimrah memaparkan, sebanyak 48 persen tim yang disurvei sepakat bahwa media sosial akan memainkan peran penting bagi perusahaan di 2024. Meski demikian, ia menilai, mayoritas tim media sosial akan kesulitan memaksimalkan program di media sosial lantaran sumber daya dan anggaran yang terbatas. “Di tahun ini mereka berada di posisi sulit untuk melakukan lebih banyak inisiatif bagi organisasi,” terangnya.

Ia merinci, perusahaan dengan lebih 1.000 karyawan rata-rata memiliki tim media sosial yang beranggotakan dua hingga lima orang saja. Menyoal strategi, sebanyak 34 persen responden mengaku mereka masih berupaya menentukannya, sementara lainnya memiliki strategi tetapi tidak punya sumber daya untuk mengeksekusinya. “Ini jelas merupakan tantangan yang lebih besar di Asia-Pasifik dibandingkan di wilayah lain,” lanjutnya.

Lanskap Media Sosial

Laporan Meltwater State of Social Media 2024 turut mengungkap mengenai platform media sosial paling diminati. Tercatat, 45 persen responden menjagokan Instagram, dan 43 persen memilih TikTok. Dalam hal perencanaan konten di media sosial, sebanyak 64 persen responden sepakat untuk menekankan pendengaran sosial guna lebih memahami audiens target.

Munculnya Instagram dan TikTok di daftar platform media sosial favorit seakan menegaskan popularitas konten video di kalangan audiens. Namun, menariknya, mayoritas perusahaan di Asia-Pasifik menyatakan lebih tertarik pada konten berbasis teks dan gambar tunggal. Mimrah menduga, kecenderungan ini muncul lantaran mayoritas perusahaan memiliki tim media sosial yang terlalu kecil, sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksi aset yang lebih besar.

Merangkum data dan fakta yang ditemukan, Mimrah mengajak para profesional pemasaran dan komunikasi untuk bisa lebih memahami tujuan penggunaan media sosial oleh audiens target. “Penting untuk mengidentifikasi saluran mana yang menjadi prioritas dan menyesuaikan konten berdasarkan hal tersebut,” pungkasnya. (dlw)