Menurut Fasilitator Public Speaking TALKINC Wahyu Wiwoho, mendengar (listen), berpikir (think), dan berbicara (speak) adalah langkah awal untuk menguasai storytelling.
JAKARTA, PRINDONESIA – Teknik bercerita atau storytelling merupakan salah satu strategi komunikasi yang penting dalam dunia public relations (PR). Sebagian besar pihak menilai, kemampuan ini dapat membantu komunikator menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan mudah diingat oleh komunikan.
Mengutip pernyataan psikolog asal Amerika Serikat Jerome Bruner, Fasilitator Public Speaking TALKINC Wahyu Wiwoho mengatakan, pesan yang disampaikan melalui cerita 22 kali lebih mudah diingat. “Selama cerita yang disampaikan memiliki hubungan jelas dengan topik utama obrolan, jangan khawatir orang lain tidak mengerti atau bosan,” ujarnya dalam Seminar TALKINC: Mastering the Present, Shaping the Future of Indonesia di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Menurut mantan produser dan pembaca berita Metro TV itu, salah satu persoalan dalam penerapan storytelling adalah kurangnya rasa percaya diri. Dalam hal ini, Wahyu menyampaikan, ada tiga langkah awal yang perlu diupayakan guna mengatasinya. Pertama adalah mendengar (listen), berpikir (think), dan berbicara (speak).
Ia menjabarkan, aspek mendengar yang dapat diupayakan lewat percakapan langsung, menonton TV, hingga membaca buku, ditujukan untuk menampung berbagai wawasan yang bisa menjadi ide cerita. Sementara langkah kedua, dijalankan untuk memikirkan pengolahan informasi yang telah didapat menjadi cerita. Terakhir, beranikan diri untuk bicarakan cerita tersebut. “Ingat, banyak orang terkenal yang juga introver, tetapi sukses dalam bercerita. Contohnya Barack Obama,” terangnya.
Sebagai tindak lanjut atas tiga langkah di atas, Wahyu menjelaskan, terdapat lima poin penting agar seseorang terbiasa melakukan storytelling. Apa saja?
1. List Down (Mencatat Ide)
Catat setiap ide yang muncul. Menurut Wahyu, terlepas dari kemungkinan eksekusinya, setiap ide dan gagasan yang muncul perlu untuk dicatat. Sebab, laku ini dapat membuat diri terbiasa menerjemahkan gagasan ke dalam tulisan.
2. Recheck (Periksa Ulang)
Setelah dicatat, lakukan pemeriksaan dan analisis guna memastikan potensi pengembangan. Dalam hal ini, kata Wahyu, penelusuran di internet bisa jadi akan sangat membantu memperkuat ide.
3. Classify (Klasifikasi)
Klasifikasikan setiap ide yang telah dicatat, dan tentukan mana yang menjadi prioritas. Hal ini penting untuk menjaga fokus tertuju hanya pada ide yang paling potensial.
4. Filter (Saring)
Ide yang telah diklasifikasikan perlu disaring, untuk kemudian dikembangkan menjadi cerita.
5. Practice (Latihan)
Lakukan latihan sesering mungkin. Tanpa pratik, terbiasa berbicara di depan orang banyak hanya akan berakhir sebagai angan-angan. “Jangan takut untuk mencoba dan berlatih storytelling terus-menerus,” pungkas Wahyu.
Jadi, sudahkan Anda mulai berlatih storytelling? (jar)
- BERITA TERKAIT
- PRecious Communications Tunjuk Radityo Prabowo sebagai Country Lead Indonesia
- 3 Prioritas Anjari Umarjinto yang Kembali Terpilih Sebagai Ketum PERHUMASRI
- APPRI Luncurkan Buku PR di Indonesia Dari Masa ke Masa
- Momen Pilkada, Ini 4 Alasan Unit PR Butuh Strategi Komunikasi Khusus
- Refleksi Satu Dekade Komunikasi Jokowi dari Para Pakar