Menyoal Praktisi PR dengan Latar Pendidikan Nonkomunikasi

PRINDONESIA.CO | Rabu, 29/05/2024 | 1.080
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Sari Soegondo memberikan pandangannya terkait dunia humas terkini.
Dok. PR INDONESIA

Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) periode 2024 – 2027 Sari Soegondo, ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan profesi yang digeluti, bukan merupakan bentuk kegagalan universitas dalam menyalurkan lulusannya ke pasar kerja.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dewasa ini jamak ditemukan praktisi public relations (PR) dengan latar belakang pendidikan nonkomunikasi. Silang pendapat pun mengemuka menyoal hal itu. Namun, dari perspektif industri, argumen yang diajukan untuk memaklumi kondisi tersebut sangat bisa diterima.

Seperti disampaikan oleh Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk Boy Kelana Soebroto, ragam disiplin ilmu yang dimiliki praktisi PR sangat berguna untuk menyikapi kompleksitas industri PR kiwari. “Tim PR dengan latar belakang pendidikan yang beragam akan memberikan perspektif berbeda dan memperkaya strategi komunikasi,” terangnya kepada PR INDONESIA, Selasa (2/4/2024).

Pria yang juga menjabat Ketua Umum PERHUMAS itu menegaskan, penerimaan industri terhadap praktisi dari latar belakang nonkomunikasi, bukan untuk “menyingkirkan” lulusan PR yang saat ini memang cukup banyak berkarier di luar industri. Menurutnya, ada banyak faktor yang memungkinkan hal itu terjadi. Misal, persaingan pasar kerja yang ketat, atau kesempatan yang terbatas di industri PR. “Bahkan perubahan minat atau keputusan pribadi untuk mengejar karier di bidang lain,” imbuhnya.

Meski demikian, Boy mengatakan, lulusan PR yang berkarier di industri berbeda tetap memiliki nilai tersendiri dalam perjuangan meraih kesuksesan. Ilmu PR yang dimiliki, katanya, sekalipun tidak diterapkan di industri PR, dapat membantu pekerjaan sehari-hari. “Seharusnya tetap dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan membantu mereka untuk meraih kesuksesan,” lanjutnya.

Harus Beragam

Ditanyai dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) periode 2024 – 2027 Sari Soegondo berpendapat, sangat mendukung jika tim atau departemen PR memiliki latar belakang pendidikan yang beragam.

Menurut Direktur Eksekutif ID COMM itu, keberadaan praktisi PR dari latar belakang nonkomunikasi dapat menambah nilai profesionalisme tim. Mereka yang datang dari jalur nonkomunikasi dapat memperkaya khazanah dan membawa jejaring yang berbeda,” ujarnya, Rabu (10/4/2024).

Lebih lanjut ia berpesan, seseorang dengan gelar sarjana tertentu tidak perlu membatasi diri untuk berada di dalam lingkup ilmu yang dipelajarinya saja. Sebab, baginya, manusia akan selalu berkambang mengikuti pengalaman dan kesempatan yang muncul. “Minat, bakat, dan kesempatan yang muncul di kemudian hari mungkin saja mengarahkan kita kepada jalan hidup yang berbeda,” pesannya.

Oleh karena itu, menurut Sari, sudah sepatutnya perguruan tinggi memaknai studi pelacakan lulusan (tracer study) dengan cara yang berbeda. Sebab, ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan profesi yang digeluti, bukan merupakan bentuk kegagalan universitas dalam menyalurkan lulusannya ke pasar kerja. (dlw)