Unilever Indonesia Tegaskan Urgensi Penerapan Pertanian Regeneratif

PRINDONESIA.CO | Kamis, 29/08/2024 | 3.875
PT Unilever Indonesia Tbk. menguatkan komitmen perusahaan terhadap perlindungan keselarasan alam
dok. Unilever Indonesia

Dengan menggagas Future Foods Forum (FFF), Unilever Indonesia berharap kolaborasi strategis untuk transformasi sistem pangan yang berkelanjutan dapat tercipta. Seperti apa?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – PT Unilever Indonesia Tbk. menguatkan komitmen perusahaan terhadap perlindungan keselarasan alam. Hal tersebut ditunjukkan lewat penerapan sistem pertanian regeneratif yang bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan petani, dan mendukung ketersediaan pangan masa depan.

Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia Nurdiana Darus dalam ajang Future Foods Forum (FFF) menyampaikan, implementasi sistem pertanian regeneratif sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan yang berfokus pada isu iklim, alam, plastik, dan penghidupan. “Dalam mewujudkan kelestarian sistem pangan, selama lebih dari satu dekade kami menggalakkan pertanian berkelanjutan,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (27/8/2024).

Nurdiana menjelaskan, urgensi penerapan sistem tersebut muncul karena sektor pertanian menjadi penyokong perekonomian dengan rata-rata 13,22 persen terhadap PDB Nasional tahun 2018-2022. Namun, di saat bersamaan, sektor pertanian turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan rentan terdampak perubahan iklim. “Pertanian regeneratif mempromosikan keselarasan dengan alam, untuk membantu petani membangun sistem lebih tangguh dan bisnis yang sehat lewat pengurangan emisi karbon,” paparnya.

Hingga tahun 2030 nanti, lanjut Nurdiana, Unilever secara global menargetkan penerapan pertanian regeneratif di satu juta hektar lahan. Adapun dalam konteks Indonesia, implementasi sistem tersebut telah dimulai lewat petani kedelai hitam di Jawa Timur. Dalam programnya, para petani diberikan sejumlah pelatihan guna mendorong peningkatkan produktivitas, memperbaiki kesuburan tanah, mengurangi intensitas karbon, hingga meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian.

Membutuhkan Kolaborasi

Nurdiana menegaskan, peralihan ke pertanian regeneratif membutuhkan kolaborasi multipihak. Dalam hal ini, ajang FFF yang digagas bersama Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences IPB, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, dan Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), diharapkan dapat menghimpun kekuatan lintas sektor. “FFF dibentuk sebagai jejaring kemitraan dan wadah diskusi lintas sektor dalam mengatasi berbagai isu seputar pangan di Indonesia,” terangnya.

Sementara itu CEO CIPS sekaligus Sekretariat FFF Anton Rizki menjelaskan, tujuan dibentuknya FFF sejalan pula dengan target SDGs pemerintah pada pilar zero hunger. “Kami memfasilitasi kegiatan anggota forum terkait kebijakan dan program yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan maupun nutrisi,” ucapnya.

Unilever Indonesia berharap, pembentukan FFF dapat menciptakan sinergi dan kolaborasi dalam implementasi pertanian regeneratif, demi memastikan peningkatan status gizi masyarakat, terjaganya keanekaragaman hayati, kesejahteraan petani, serta perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam hal konsumsi makanan bergizi seimbang. “Semoga semakin banyak pihak yang bergabung di FFF untuk memadukan riset akademis hingga implementasi kebijakan dan program, agar bersama kita wujudkan sistem pangan masa depan yang lebih baik” pungkas Nurdiana. (lth)