Trainer Public Speaking di Center For Public Relations, Outreach, and Communication (CPROCOM) Mey Cresentya Rahail menjelaskan, terdapat tiga elemen penting dalam public speaking yang mesti dikuasai humas. Apa saja?
YOGYAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kemampuan public speaking atau berbicara di hadapan publik yang mumpuni menjadi keharusan untuk dimiliki seorang praktisi public relations (PR). Selain dapat memastikan efektivitas penyampaian informasi, kecakapan dalam public speaking juga dapat mengesankan profesionalitas. Dalam hal ini, Trainer Public Speaking di Center For Public Relations, Outreach, and Communication (CPROCOM) Mey Cresentya Rahail mengatakan, terdapat sekurangnya tiga unsur yang mesti diperhatikan untuk menguasai public speaking.
Di hadapan peserta workshop “The Public Speaking and Public Relations Writing with AI” di Yogyakarta, Kamis (10/10/2024), Mey menjelaskan ketiga unsur tersebut meliputi visual, voice, dan verbal (3V). ‘’Menurut penjelasan Dr. Albert Mehrain, public speaking itu punya aturan 7-38-55 persen, aturan ini berhubungan dengan elemen 3V,’’ ujarnya dalam rangkaian acara puncak Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2024 itu.
Mey lanjut menerangkan, aturan 7-38-55 merujuk kepada pembagian persentase untuk pengaruh masing-masing elemen (verbal, voice, dan visual) dalam keberhasilan public speaking. ‘’Audiens akan menilai 7 persen yang kita katakan (verbal), 38 persen bagaimana kita bersuara (voice), dan 55 persen bagaimana kita tampil (visual). Visual punya power,’’ imbuhnya.
Memaksimalkan Elemen 3V
Untuk dapat memaksimalkan elemen 3V, kata Mey, ada beberapa tip yang bisa diadaptasi praktisi PR. Pada elemen pertama, visual dapat diasosiasikan dengan bahasa tubuh. Dalam hal ini, terdapat tiga top body language yang mesti diperhatikan, yaitu kontak mata (eye contact), suara yang ramah (smiling voice), dan gestur tangan (hand gesture). ‘’Usahakan untuk kontak mata dengan audiens, tersenyumlah, dan jangan lupakan gerakan tangan,’’ imbau Mey.
Untuk elemen kedua yakni suara, katanya, praktisi PR terlebih dahulu harus mengetahui cara olah suara yang benar, dengan memastikan suara dapat didengar seluruh audiens, menghindari gap saat memaparkan materi, memerhatikan intonasi atau penekanan, mengucapkan setiap kata dengan jelas, dan menjaga energi serta memerhatikan antusiasme audiens.
Adapun untuk elemen terakhir yaitu verbal, Mey mengimbau agar praktisi PR memastikan kata-kata yang diucapkan singkat, jelas, dan mudah dimengerti. “Visualisasikan juga kata-kata lewat analogi, gambar, atau kejadian yang mudah dimengerti audiens. Jangan lupa untuk menyampaikan kata penutup yang ringkas,” tandas Wakil Ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Bogor itu. (hur)
- BERITA TERKAIT
- Ketika Program PR Jadi "Kendaraan" PT PLN UID Sulselrabar Melewati Krisis
- Metode "Housing Framework" Bisa Jadi Andalan Penyusunan Pesan Kunci Siaran Pers
- Daftar Lengkap Pemenang AHI 2024
- AHI 2024 Apresiasi 106 Karya Keterbukaan Informasi Terbaik
- “Meracik” Informasi hingga Orkestrasi, Peran Penting Unit PR Badan POM