Kontribusi yang Bisa Diberikan “Influencer” dalam Komunikasi Bencana Alam

PRINDONESIA.CO | Kamis, 17/10/2024
Ilustrasi bencana alam.
Photo by Rizknas via Pexels

Popularitas yang dimiiliki influencer media sosial hari ini datang dengan tanggung jawab moral. Oleh karena itu, mereka perlu didorong untuk menggunakan “kekuatannya” dengan bijak agar dapat memberikan dampak berarti ketika dibutuhkan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Indonesia sebagai negara rawan bencana membutuhkan saluran informasi terkait kebencanaan lebih dari yang dimiliki pemerintah saat ini. Hal itu demi memastikan informasi tersebar secara efektif kepada seluruh lapisan masyarakat terdampak, sehingga dapat meminimalisir kerugian dan menyelamatkan banyak nyawa.

Dalam hal ini, bekerja sama dengan influencer (pemengaruh) media sosial bisa jadi opsi bagi government public relations (GPR). Menurut Nicole Tidei, Vice President firma komunikasi strategis berbasis di Washington DC, Pinkston, para influencer yang telah membangun kepercayaan audiensnya memungkinkan pemerintah memperluas jangkauan. “Mereka bisa menjangkau jutaan orang secara real-time sambil berbagi informasi penting,” ujarnya dalam artikel di PR Daily, Jumat (11/10/2024).

Mengambil contoh kasus bencana alam Badai Milton yang menghantam Florida pada 9 Oktober lalu, Nicole menjelaskan bagaimana konten cara mempersiapkan diri dan berbenah setelah badai dari Dr. Meghan Martin di akun TikTok @beachgem10, berhasil memengaruhi jutaan orang. “Dengan ratusan ribu kali dibagikan, video-videonya memberikan informasi yang sangat dibutuhkan tanpa membuang waktu,” paparnya.

Mendorong Partisipasi dan Menangkal Informasi Keliru

Lebih lanjut Nicole menjelaskan, mengintegrasikan influencer ke dalam strategi komunikasi kebencanaan juga dapat mendorong publik yang tidak terdampak untuk bertindak menghadapi bencana alam. Seperti dapat disaksikan, tak sedikit influencer media sosial yang mampu mendorong donasi bantuan lewat platformnya.

Selain itu, tambah Nicole, influencer juga dapat membantu pemerintah melawan informasi keliru terkait bencana, yang bisa saja membuat informasi penting menjadi tidak sampai kepada masyarakat terdampak. “Kolaborasi dengan influencer untuk memberikan informasi terkini yang telah diverifikasi adalah cara efektif melawan narasi keliru di media sosial,” imbuhnya.

Tak kalah penting dari peran yang sudah disebutkan, menurut Nicole, dalam situasi bencana influencer media sosial juga dapat membantu mengatasi perasaan atau ketidakberdayaan masyarakat terdampak. “Pesan-pesan positif yang disampaikan influencer dapat mendorong pemulihan dari beban emosional,” tandasnya. (lth)