Kecerdasan Buatan Memungkinkan Penyusunan SR Menjadi Lebih Mudah dan Murah

PRINDONESIA.CO | Jumat, 25/10/2024
Ilustrasi penyusunan SR oleh AI.
dok. Reporthink.AI

Melalui platform Reporthink.AI besutan Arya Gumilar dkk, setiap perusahaan yang diwajibkan menyediakan sustainability report (laporan keberlanjutan/SR) saat ini bisa melakukan penyusunan dengan lebih sederhana dan berkualitas sesuai standar nasional maupun global. Seperti apa?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tuntutan global untuk pelaporan keberlanjutan, seperti yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 Tahun 2017, mewajibkan perusahaan emiten menyediakan laporan keberlanjutan (sustainability report/SR) di samping laporan tahunan (annual report/AR). Hal ini sejalan dengan tren global menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dan penerapan prinsip environmental, social, governance (ESG).

Melihat kebutuhan yang semakin mendesak, Reporthink.AI hadir memberikan solusi. Perusahaan yang dipimpin oleh Arya Gumilar sebagai Direktur ini merancang platform yang bertujuan untuk membantu perusahaan menyusun laporan keberlanjutan sesuai standar, baik nasional maupun global, seperti Global Reporting Initiative (GRI). “Kami menemukan bahwa banyak perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban ini,” katanya kepada PR INDONESIA, Senin (14/10/2024).

Menurut Arya, saat ini masih banyak perusahaan yang belum memiliki pemahaman memadai dalam menyusun SR, apalagi implementasi SR baru menjadi prioritas setelah pandemi COVID-19. Untuk mengatasi kesenjangan ini, perusahaan biasanya menggandeng konsultan.

Namun, biaya yang mahal—sekitar Rp300 juta per laporan—dan jumlah konsultan yang terbatas menjadikan proses ini tidak efisien. “Inilah yang mendorong kami untuk mendemokratisasi penyusunan SR dengan memanfaatkan AI," ujar Arya.  

Teknologi yang Mempermudah

Melalui fitur drag and drop, Reporthink.AI berupaya menyederhanakan proses penyusunan SR. Teknologi AI akan mengelompokkan data secara otomatis dan mengidentifikasi bagian yang belum lengkap. Jika perusahaan belum menentukan topic materiality—hal penting yang akan dilaporkan, AI akan membantu menyusun berdasarkan data yang tersedia.

“Bila seluruh data sudah lengkap, pembuatan SR yang biasanya membutuhkan waktu hingga tiga bulan, dapat diselesaikan dalam 24 jam,” ujar Arya. AI juga dapat mengidentifikasi poin penting yang mungkin terlewatkan, seperti perbandingan data perusahaan dengan tren industri, sehingga laporan lebih komprehensif.

Zaky Muzakir, Sustainability Report Specialist Reporthink.AI, yang mendampingi Arya dalam wawancara siang hari itu juga menyinggung soal keakuratan laporan yang dijamin melalui proses proofreading oleh tim bersertifikat GRI. Data yang digunakan AI pun hanya berasal dari klien, berbeda dengan AI pada umumnya yang mengakses data dari internet. “Kami memastikan data yang digunakan akurat dan aman, serta sesuai dengan regulasi yang berlaku,” tambahnya.

Keamanan data juga menjadi prioritas, dengan pengawasan ketat dari tim bersertifikat Data Protection Officer (DPO). “Kami menjamin keamanan data dari awal hingga akhir proses,” ujarnya.

Pada akhirnya, kata Arya, setiap korporasi berhak untuk dapat menyusun SR yang layak dan sesuai standar, seperti semangat SDGs, no one left behind. Caranya, hanya dengan memasukkan data yang dibutuhkan, seperti profil perusahaan atau laporan terdahulu, dan harga terjangkau. “Kami ingin memastikan tidak ada perusahaan yang tertinggal dalam penyusunan laporan keberlanjutan,” tutupnya. (lth)