Soroti Kemampuan Menulis Praktisi GPR, Ditjen Bina Adwil Gelar Pelatihan

PRINDONESIA.CO | Senin, 28/10/2024 | 1.275
Rapat Pengelolaan Pelayanan Kehumasan oleh DItjen Bina Adwil Kemendagri, Rabu (23/10/2024).
dok. Ditjen Bina Adwil

Plh. Sekretaris Ditjen Bina Adwil Mey Rany Utami menjelaskan, direktorat di lingkup Ditjen Bina Adwil yang sangat tematik membutuhkan workshop berkelanjutan guna memperkaya khasanah pemberitaan.  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Banyak pihak yang sepakat kalau peran government public relations (GPR) perlu terus diperkuat, mengingat tanggung jawabnya sebagai ujung tombak komunikasi publik dapat memastikan dukungan masyarakat terkait implementasi kebijakan maupun program pemerintah.

Dalam konteks penguatan peran ini, peningkatan kompetensi merupakan satu hal yang harus diupayakan. Hal tersebut yang coba dilakukan Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan (Ditjen Bina Adwil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), lewat pelatihan penulisan siaran pers bagi setiap perwakilan direktorat di lingkupnya.

Plh. Sekretaris Ditjen Bina Adwil Mey Rany Utami menjelaskan, direktorat di lingkup Ditjen Bina Adwil yang sangat tematik membutuhkan workshop berkelanjutan guna memperkaya khasanah pemberitaan.  “Dengan semakin berkembangnya teknologi dan tingginya ekspektasi publik terhadap transparansi, peningkatan kapasitas penulisan dari direktorat kita harus semakin andal,” ucapnya dalam Rapat Pengelolaan Pelayanan Kehumasan, Rabu (23/10/2024).

Keterampilan Dasar Seorang PR

Pelatihan yang diselenggarakan Ditjen Bina Adwil Kemendagri menegaskan pentingnya kemampuan menulis bagi GPR maupun praktisi public relations (PR) pada umumnya. Sebagaimana disampaikan PR Corporate Affairs and Communications APP Group Emmy Kuswandari dalam kolomnya di PR INDONESIA, ketakutan menulis adalah bencana bagi praktisi PR, karena kemampuan tersebut merupakan hal wajib yang harus mereka miliki.

Dalam konteks penulisan siaran pers, ada beberapa saran dari Emmy yang bisa diterapkan untuk memudahkan proses penyusunan. Pertama, membiasakan diri membuat outline yang dapat menjadi penuntun penulisan naskah secara keseluruhan. Kemudian, bersikap jujur sejak awal penulisan. “Tulisan yang jujur memudahkan kita membuat cerita menarik. Kebohongan, menyembunyikan data atau fakta, merupakan jebakan untuk diri kita sendiri,” tulisnya.

Sejalan dengan itu, kata Emmy, perbanyak referensi untuk menemukan gaya penulisan sendiri. Selanjutnya yang terpenting, jadilah editor yang baik untuk diri sendiri. “Tegalah untuk mengedit tulisan kita sendiri. Posisikan diri sebagai pembaca,” imbaunya.

Sementara itu founder sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan dalam buku Energi Kebaikan dan Komunikasi Empatik (2021) memaparkan sekurangnya tujuh tip untuk menghasilkan siaran pers yang baik, mulai dari fokus pada kebutuhan publik, menggunakan kalimat singkat, menyertakan data dan fakta, menerapkan storytelling, melampirkan kutipan pimpinan, menonjolkan empati, hingga mengawal distribusi sampai ke meja redaksi media massa. (lth)