Content marketing kerap identik dengan dunia pemasaran yang dilakukan secara digital. Padahal ini juga berhubungan dengan PR.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Content Marketing lecturer Debora Molina Dyanti, cakupan content marketing itu luas. Saluran distribusinya tak hanya mencakup digital. Lingkup pekerjaannya pun tidak sebatas hanya merupakan aktivitas marketing saat menerapkan customer buying circle, tapi juga berhubungan dengan public relations (PR) ketika akan membangun life cycle atau brand. Termasuk, ketika perusahaan akan membuat iklan.
Jadi, kata Debora saat mengisi acara PR esence yang diadakan Himpunan Humas Hotel (H3) Jakarta di Jakarta, Kamis (2/5/2019), pada dasarnya content marketing adalah semua pesan yang bermanfaat dan memiliki nilai yang disampaikan kepada target audiens.
Nah, untuk memastikan pesan tersebut memiliki nilai dan bermanfaat bagi audiens yang disasar, lakukanlah langkah-langkah berikut. Pertama, temukan dan tentukan tujuan yang ingin dicapai. Kedua, petakan target. “Lakukan pemetaan lebih mendalam dengan melakukan riset untuk mengindentifikasi buyer persona audiens kita mulai dari mengetahui secara spesifik usia, penghasilan, hingga hobi mereka,” ujar Debora. Hal inilah yang akan memengaruhi cara mereka menghabiskan/membelanjakan uang. Contoh, cara backpacker membelanjakan uangnya akan berbeda dengan tipe fancy girl meski mereka berpenghasilan sama. “Tak cuma itu, buyer persona juga akan menentukan cara kita menggali dan mengkreasikan ide, menentukan tema, konten, dan storytelling yang akan diangkat,” imbuhnya. Adapun content marketing tools yang bisa digunakan untuk mencari topik dan influencer adalah melalui BuzzSumo.
Setelah itu, pilih saluran untuk mendistribusikan pesan antara lain owned, paid atau earned channel. Selanjutnya, cek amplifikasinya. Jika gaungnya kurang menggema, pikirkan strategi lain seperti menciptakan percakapan, berkolaborasi dengan youtuber atau influencer. Terakhir, lakukan evaluasi. Jika target tidak tercapai, cari letak masalahnya, lalu lakukan perbaikan. “Bisa jadi saluran yang kita pakai salah, atau pesannya kurang ngena dan dipahami publik,” ujarnya.
Pahami pula jejak content marketing funnels yang meliputi top of funnel (tofu), middle of funnel (mofu) dan bottom of funnel (bofu). Tofu adalah upaya untuk membangun awareness. Strateginya dapat dilakukan melalui blog, media sosial, infografis, majalah, dan sebagainya. Mofu berkaitan dengan evaluasi melalui strategi pemberian diskon, pemberian kupon, sampel gratis, melakukan survei, event, demo video. Sementara bofu berhubungan dengan konversi meliputi testimoni, layanan konsumen, perbandingan, spec sheet, hingga video tutorial.
Bangun Merek
Jika Debora bicara soal buyer persona, maka Director Sales LINE Trisnia Anchali Kardia mengupas tentang brand persona. Menariknya, saat ini brand persona bisa dibangun melalui media sosial. “Medsos bisa kita manfaatkan untuk merepresentasikan siapa kita, termasuk brand atau perusahaan,” katanya.
Ia lantas menyebut beberapa merek yang telah memiliki brand persona dan dikelola secara baik. Antara lain, Alfamart dengan brand persona bernama Shalma dan Unilever dengan Jemma. Keduanya membentuk brand persona secara spesifik. Jemma, misalnya, adalah perempuan cerdas berusia sekitar 25 tahun yang memiliki kepribadian ceria dan asyik diajak bicara. Meski merupakan chatbot, tapi Jemma adalah teman visual yang menyenangkan. Dia bisa menjawab semua kebutuhan tentang produk perusahaan, melayani berbagai macam topik percakapan mulai dari yang sederhana sampai yang mendalam seperti rekomendasi makanan, hingga hubungan asmara.
Mengapa metode ini demikian populer? Menurut Trisnia, hal ini dikarenakan generasi millennials ke bawah lebih menggemari berkomunikasi via teks ketimbang bicara langsung melalui telepon. “Percaya atau tidak, engage via chatbot terlama yang pernah tercatat adalah selama empat jam!” katanya. Melalui cara inilah perusahaan membangun engagement dan trust dengan audiensnya, termasuk menggali wawasan dan informasi konsumen.
Di acara bertema “Building Personal Connection Through On-Line Platform” tersebut hadir pula pemateri lainnya, Jessica Januarty, co-founder What’s New Indonesia. (rtn)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab