13 Tips Hadapi Krisis (Bagian 2 - Habis)

PRINDONESIA.CO | Senin, 29/07/2019 | 1.432
Dalam suatu krisis, orang pertana yang harus tampil adalah PR.

Masih ingat kasus vlogger Rius Vernandes versus Garuda Airlines (GA)? Akibat perusahaan salah merespons, reputasi maskapai National Flag Carrier ini luluh lantak hanya dalam hitungan jari.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dikutip dari PRDaily, para ahli PR dan media membagi 13 cara berstrategi dan keluar dari krisis. Tujuh tips sudah dikupas di artikel bagian pertama. Berikut kelanjutannya. 

8. Monitor Media
Manajer Perngukuran Media Ketchum Otto Hoering mengatakan, saat krisis pemantauan real-time terhadap media seperti televisi dan radio sangat bermanfaat. Misal, terjadi gugatan hukum di mana klien dituntut atas suatu masalah, maka perusahaan dapat memberikan umpan balik secara instan melalui pemberitaan media tentang hal tersebut.

9. Saksi Mata
Pernyataan saksi mata lebih kuat, bahkan melebihi pernyataan seorang ahli. Contoh, petani melihat pesawat alien jatuh, lalu ia merekam peristiwa itu dengan ponselnya. Maka, petani tadi adalah saksi mata terkuat. Kesaksiannya akan melebihi koresponden yang ada di depan markas Divisi Pelacakan Alien NSA sekalipun. Hal ini juga berlaku ketika perusahaan mengalami krisis. 

10. Apa Adanya
YouTube selain sebagai situs web berbagi video juga merupakan mesin pencari terbesar kedua di dunia. Untuk itu, jangan jadikan judul video yang memberi kesan “membersihkan nama perusahaan”. Buatlah judul video yang apa adanya. 

11. Tempatkan Juru Bicara yang Tepat 
Siapakah yang berhadapan dengan publik (media) ketika krisis? CEO atau public relations (PR) profesional? 

Gerard Braud, mantan jurnalis televisi, merekomendasikan agar PR melatih banyak karyawan yang kompeten untuk menjadi juru bicara. Dalam suatu krisis, orang pertama yang harus tampil adalah PR. Dilanjutkan dengan pernyataan dari seorang ahli di bidang tertentu. Bahkan jika diperlukan, PR menunjuk ahli yang menguasai permasalahan sebagai juru bicara selama krisis berlangsung. Lalu, ditutup dengan pernyataan dari CEO/eksekutif perusahaan. 

Perlu disadari bahwa ketika terjadi krisis, konsumen ingin melihat wajah para eksekutif dan mengetahui bahwa mereka menanggapi secara serius kekhawatiran para konsumen.

12. Minta Maaf Ketika Dibutuhkan
Ketika e-mail Microsoft Outlook.com tidak bisa memberikan layanan selama tiga hari kepada pelanggan, perusahaan menyampaikan permohonan maafnya secara sederhana dan jujur. Mereka menjelaskan masalah teknis dan cara perusahaan memperbaiki kesalahan tersebut agar kejadian serupa tidak terulang. Menurut Gil Rudawasky dari GroundFloor Media, langkah ini efektif. Apalagi perusahaan membuat permintaan maaf dan mengirimkannya langsung ke semua pelanggan Outlook.

13. Internal adalah Eksternal
Ketahuilah bahwa setiap pesan yang kita sampaikan kepada internal perusahaan, pasti akan diteruskan kepada publik. “Audiens kita selalu mencakup masyarakat umum. Jadi, jangan pernah berbicara secara internal,” ujar Direktur Hubungan Media Universitas Lehigh Jordan Reese. (ais)

Sumber:
https://www.ragan.com/white-papers/prepare-crisis-13-tips/?utm_source=site&utm_medium=inlinead