Ajak Milenial Bercerita dan Peduli

PRINDONESIA.CO | Kamis, 03/10/2019 | 3.599
Mengajak kaum muda bersuara melalui foto.
Ratna/PR Indonesia

Kaum milenial kerap dianggap kurang memberikan kontribusi dan terlibat. Padahal, mereka adalah pembawa pengaruh yang ampuh.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hal ini ini disadari penuh oleh Fujifilm. Maka di tengah peluncuran Smartphone Printer INSTAX Mini Link, printer yang dapat mencetak foto langsung dari ponsel, di Jakarta, Kamis (3/10/2019), mereka juga secara resmi mengumumkan kampanye global “Don’t Just Take, Give”. Kampanye ini selaras dengan identitas brand INSTAX terbaru.  

Menurut Livia Setyabrata, Assistant Marketing Manager Fujifilm Indonesia, milenial sebenarnya peduli. Suara-suara kepedulian tersebut dapat tercermin dari foto-foto yang mereka unggah di media sosial. Untuk itu, perusahaan asal Jepang ini pun tergerak untuk memberdayakan mereka melalui karya. Dari kampanye ini, perusahaan yang dipimpin oleh Noriyuki Kawakubo selaku Presiden Direktur PT Fujifilm Indonesia, diharapkan mampu mendorong kepedulian dan kepekaan generasi muda terhadap lingkungan sekitar.

Potensi milenial sebagai influencer (pembawa pengaruh) dan agen perubahan ini begitu besar karena mereka identik memiliki daya kreativitas yang tinggi. Ini dapat dilihat dari pengguna INSTAX di Indonesia. Dulu, pengguna INSTAX yang didominasi oleh generasi Y ini kerap menggunakan produk sekadar untuk memenuhi hasrat berswafoto. “Sekarang, lebih dari itu. Produk kami digunakan sebagai alat untuk mengasah dan mengeskplorasi kreativitas,” ujarnya.

Apalagi, imbuh Livia, saat ini tumbuh berbagai komunitas pencinta INSTAX. Sebut saja Instaxgarage dan Parainstax. Jika Instaxgarage merupakan komunitas yang hobinya mengulik produk INSTAX agar hasilnya maksimal dan menimbulkan efek dramatis. Maka, Parainstax adalah kumpulan para penggemar INSTAX yang hobinya berburu lokasi seru dan menarik.

Komunitas ini tumbuh organik. Tim Fujifilm lantas merangkul dan mempertemukan mereka dengan para mitra Instax atau instaxgrapher, seperti Putra Johan dan Idekuhandmade. Harapannya, terjalin kolaborasi, transfer informasi dan pengalaman, serta lahir kreativitas dan eksplorasi yang tak terbatas. “Komunitas-komunitas ini juga sering kami libatkan setiap ada peluncuran produk baru dan eksibisi. Mereka juga menjadi orang pertama yang mendapat kesempatan untuk mencoba produk baru, selain rekan-rekan media,” kata Livia seraya menambahkan dengan adanya kolaborasi ini jumlah anggota komunitas terus bertambah.  

 

Setahun  

Kampanye global “Don’t Just Take, Give” ini akan berlangsung selama setahun ke depan.  Di luar negeri, aktivitasnya berupa Giving Gallery. Yakni, tempat di mana generasi muda dapat bertukar pikiran tentang berbagai hal yang menurut mereka penting. Sementara di Indonesia, kampanye dilakukan dengan cara menggandeng lima instaxgrapher. Melalui tema “Pay It Forward”, para instaxgrapher mengajak para pengikutnya melalui media sosial masing-masing untuk berbagi informasi dan menceritakan kembali tentang kebaikan yang sudah mereka lakukan. Pengikut yang mengirimkan cerita terbaik dan menginspirasi berhak mendapat bingkisan menarik. 

Selain itu, ada photo installation. Livia mengatakan, kata “give” dalam kalimat kampanye mereka ini bisa diterjemahkan ke dalam beberapa maksud dan tujuan. Misalnya, awal September lalu, mereka mengangkat tema “Don’t Just Take Photo About Your City, But Give Your Story”. Cerita-cerita tentang kota mereka yang ditangkap melalui INSTAX, kini terpampang di photo installation yang dipamerkan di mal Kota Kasablanka, Jakarta. Foto-foto yang bercerita tersebut merupakan kumpulan foto terbaik yang ada di lima kota besar di Indonesia. Antara lain, Jakarta, Makassar, Bandung, Surabaya, Yogyakarta. (rtn)