Penjurian PR INDONESIA Awards (PRIA) 2020 sesi presentasi memasuki hari kedua. Para juri kembali menekankan pentingnya pengukuran dan dampak dari setiap program public relations (PR). Berikut kesan dari para peserta.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Seperti yang dirasakan oleh staf Humas Pupuk Kaltim Devi Paramitha saat mempresentasikan Gebyar Korsa, program yang bertujuan membangun engagement di kalangan internal perusahaan. “Juri meminta kami untuk mempresentasikan dampak dari program internal yang kami lakukan dan measurement PR. Apalagi ada isu yang kami angkat dalam program ini, soal gap usia dan perbedaan karakter antara karyawan kantor pusat dengan pabrik,” ujarnya usai penjurian di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Ia melanjutkan, “Kami seperti sedang diaudit,” ujarnya seraya buru-buru meluruskan, “Tapi, untuk tujuan yang positif,” katanya. Ya, juri ingin benar-benar memastikan program yang dilakukan semua peserta sudah strategis dan relevan. Masukan dari juri pun menjadi motivasi untuk pembenahan ke depan.
Hal serupa turut dirasakan oleh peserta dari Danone Indonesia. Menurut Anindita Saraswati Dwiwinata, External Communications Coordinator Danone Indonesia, pertanyaan juri soal dampak ini termasuk pertanyaan kritis, persis seperti yang kerap ditanyakan oleh pimpinan mereka. “Tantangan PR dalam memberikan dampak bagi masyarakat itu tidak hanya dilihat dari output-nya berupa publikasi di berbagai kanal media, tetapi lebih kepada outcome-nya dalam bentuk keberlanjutan dan tepat sasaran,” ujarnya
Serupa dengan Dita, sapaan karib Anindita. Pranata Humas Pertama Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM Dian Eka Puspitasari mengapresiasi kualitas dan kapasitas juri tahun ini. Sebab, mereka tidak hanya menanyakan hal yang sifatnya teoritis, namun juga praktis. “Juri tidak banyak berkomentar dari segi substansi. Mereka justru lebih menekankan kepada implementasi program,” katanya.
Apresiasi
Sementara menurut Kasubdit Hubungan Investor Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia I Gede Yuddy Hendranata, pertanyaan yang diajukan oleh juri mencakup kegiatan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya, strategi mengomunikasikan program PR dalam memerangi investasi bodong.
Perasaan berbeda dirasakan oleh Corporate Communication and CSR Manager Trakindo Candy Sihombing. Program PR mereka, Global Operator Challenge, mendapat apresiasi dari dewan juri. Padahal, mereka baru kali pertama mengikuti kompetisi ini.
Ia juga bersyukur. Meski hanya memiliki waktu tujuh menit untuk presentasi, namun juri mampu menanyakan hal detail yang belum sempat ia sampaikan saat presentasi. “Pertanyaan para juri cukup relevan. Bahkan, mereka juga menyinggung tentang keselamatan kerja,” ujar Candy.
Pun demikian dengan Pranata Humas Setjen DPR RI Leidena Sekar Negari. “Saya kagum karena para juri, terutama dari kalangan akademisi, tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang implementasi program PR DPR,” katanya. (rvh)
- BERITA TERKAIT
- Dapat Pendampingan Khusus, Para Peserta PR Bootcamp Siap Jadi Pemenang PRIA 2025
- Lebih Bergengsi dari Sebelumnya, Ketahui Kiat Jitu Menembus PRIA 2025!
- Spesial 1 Dekade, Ajang PRIA 2025 Hadirkan Inovasi dan Kategori Baru
- Pola Kerja dan Aktor Humas di Era Disrupsi Digital
- 5 Pengetahuan Ini Dapat Mengoptimalkan Digital PR Perusahaanmu