Kepemimpinan Proaktif Redam Pandemi Covid-19 (Bagian 2 - Habis)

PRINDONESIA.CO | Minggu, 19/04/2020 | 2.429
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau pelaksanaan rapid test Covid-19 dengan konsep drive-thru di Balai Kota Bandung dan Gedung Sate, Sabtu (4/4/2020).
Dok. Pemprov Jabar

Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet paripurna melalui telekonferensi dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020), melontarkan pernyataan keras, bahwa dalam situasi darurat seperti saat ini masih banyak pemerintah daerah yang tidak bergerak cepat merelokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk penanganan dampak penyakit Covid-19. 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kang Emil, panggilan akrab Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, memutuskan dilakukan tes cepat (RDT) masif Covid-19 sebagai upaya deteksi dini. Dengan tes cepat menggunakan sampel darah dimaksudkan dapat diketahui sebanyak mungkin orang yang terinfeksi, sehingga dapat dipetakan sebaran kasus positif, dan bagi yang terkonfirmasi positif segera dilakukan pengobatan secara professional. Selain itu dilaksanakan pelacakan riwayat kontak. 

Warga yang terdiagnosa positif dari tes cepat, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium menggunakan teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR), dengan pengumpulan usap (swab) dari saluran pernafasan atas, yakni bagian hidung dan tenggorokan. Hasil pemeriksaan dengan teknik ini lebih akurat dibandingkan dengan tes cepat. 

Namun untuk pelaksanaan tes cepat, maupun uji spesimen metode PCR tidaklah mudah mengingat segala keterbatasan dari alat tes. Kang Emil pun berinisiatif tak sekadar menunggu alat tes suplai dari pemerintah pusat, melainkan juga berupaya membeli langsung dari luar negeri untuk percepatan.

Alat tes, reagan sebanyak 20.000 dibeli sendiri, begitu pula mesin ekstraksi baru PCR.  Dengan kehadiran mesin ekstraksi baru tersebut, pemeriksaan yang sebelumnya hanya dapat dilakukan 100 sampel per hari, kini pengujian dapat dilakukan hingga 1.200 sampel per hari. Kegiatan penapisan lewat uji spesimen, pelacakan riwayat kontak, dan pengobatan ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Melalui deteksi dini, bagi penderita Covid-19 akan cepat ditangani, sehingga diharapkan bisa menekan tingkat kematian. 

Pemprov Jabar dalam penanganan pandemi mengadopsi cara Korea Selatan yang tidak melakukan karantina wilayah, melainkan dengan tes masif, juga jaga interaksi sosial (social distancing) sangat ketat. Jumlah penduduk Korea Selatan saat ini sekitar 51 juta jiwa, jumlah ini hampir sama dengan Jabar yang mendekati 50 juta jiwa.

Korea Selatan melakukan tes cepat dengan sampel sekitar 0,6 persen dari jumlah penduduk. Oleh karena itu Jabar juga menargetkan tes cepat menjangkau persentase tersebut atau sekitar 300.000 sampel. Kini tes cepat masif sudah dilakukan sekitar 70.000, dan dapat terdeteksi kasus terinfeksi Covid-19 sebanyak 826, yang kemudian akan diperkuat dengan pemeriksaan PCR. 

 

Penambahan Ruang Isolasi

Tak berhenti sampai di situ, seiring dengan hasil tes cepat dengan kemungkinan adanya  penambahan kasus positif, Kang Emil juga mengantisipasi dengan memanfaatkan fasilitas milik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jabar, Kota Cimahi sebagai ruang perawatan maupun isolasi.

Dengan sinergi yang solid bersama pemerintah pusat, pemkab/ pemkot, serta perguruan tinggi, ruang isolasi juga ditambah di antaranya memanfaatkan wisma haji dan Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Cikarang, asrama President University, Kabupaten Bekasi, serta Balai Latihan Kerja (BLK) Soreang, Kabupaten Bandung. Rumah sakit rujukan di Jabar untuk penanganan Covid-19 pun ditambah dari sebelumnya 34 rumah sakit menjadi 105 rumah sakit dengan menggandeng sejumlah rumah sakit swasta. 

Pemprov Jabar dalam menghormati profesi tim medis yang menjadi garda terdepan penanganan korona juga mengalihfungsikan 200 kamar Prama Grand Preanger Bandung, hotel bintang lima di Kota Bandung untuk tenaga medis beristirahat. Hal ini dilakukan agar para tenaga medis dapat nyaman, khususnya bagi yang kesulitan pulang ke rumah, sehingga mereka dapat bekerja optimal. 

Selain itu, terkait persoalan kekurangan alat keselamatan kesehatan, Kang Emil juga mendorong produsen Alat Pelindung Diri (APD), masker bedah, dan baju hazmat di Kabupaten Bogor, PT Multi One Plus untuk meningkatkan kapasitas produksi, sehingga kebutuhan APD khususnya untuk Jabar, dan Indonesia umumnya dalam 2 sampai 4 bulan ke depan dapat terpenuhi. Sebagai contoh, untuk masker bedah, dari kapasitas produksi 250.000 buah per hari akan ditingkatkan menjadi 2 juta masker per hari.

 

Lonjakan Limbah Medis

Sementara itu dalam mengantisipasi lonjakan limbah medis terkait pandemi, Kang Emil meminta PT Jasa Medivest (Jamed), anak perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jabar, Jasa Sarana, yang fokus dalam pengelolaan limbah medis di kawasan Dawuan, Kabupaten Karawang untuk meningkatkan kapasitas mulai April 2020, dari 12 ton per hari menjadi 24 ton per hari.

Jamed yang mempunyai fasilitas canggih pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) infeksius ini dapat menjadi solusi bagi penanggulangan limbah Covid-19 untuk provinsi lainnya.

Di sisi lain, Kang Emil juga merekrut relawan medis dan nonmedis, yang kini sudah bergabung lebih dari 1.500 orang, serta merangkul organisasi kemasyarakatan untuk bahu membahu mengatasi pandemi.

Bersama 13 rektor perguruan tinggi negeri dan swasta, Kang Emil juga sepakat membentuk Forum Perguruan Tinggi Jabar untuk penanggulangan korona. Salah satu fokus forum ini menyumbangkan gagasan untuk penemuan vaksin, mengingat hingga saat ini belum ada obat dan vaksin Covid-19. 

Peringatan Presiden Jokowi yang keras itu memang harus menjadi perhatian seluruh kepala daerah di 34 provinsi, dan 514 kabupaten/ kota. Cepat atau lambatnya penanganan Covid-19 di Indonesia tergantung dari sejauh mana kepemimpinan seorang kepala daerah. 

Kepala daerah dituntut proaktif, tegas, dan jangan terlambat memitigasi wabah. Tak kalah penting pula jangan bertindak berlebihan (over reacted), atau pun sebaliknya, meremehkan atau kurang waspada (under reacted). Insya Allah, dengan kepemimpinan yang proaktif bersama kekuatan seluruh elemen masyarakat, badai pandemi ini dapat diredam lebih cepat. (adv)