Untuk menghadapi new normal pascapandemi dibutuhkan new spirit, new culture, new value, new habit, dan new balance baik dari pimpinan pusat hingga daerah.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Selamat datang di era baru the new normal. Ya, pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) telah mengubah cara manusia beraktivitas, berinteraksi dan bekerja. Untuk itu, menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Atie Rachmiatie saat menjadi pembicara dalam gelar wicara virtual ISKI Talk Episode Ke-6, Selasa, (5/5/2020), penting bagi kita untuk menyelaraskan paradigma, pola pikir dan cultural set yang baru.
Tiga hal ini, menurut Atie yang juga merupakan Ketua ISKI Jawa Barat, juga harus menjadi menjadi prioritas para pimpinan agar mereka dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Pun menjadi prioritas pemerintah agar kerja pemerintah di era yang baru bisa dengan mudah mendapat apresiasi dan dukungan rakyat.
Di era normal yang baru ini juga ia menitikberatkan kepada pentingnya meningkatkan kapasitas komunikasi publik. Berikut ini sejumlah strategi komunikasi publik yang dapat diadaptasi, terutama oleh pemerintah, di di era normal yang baru.
Tinggalkan Komunikasi Tradisional
Sejak pandemi, banyak tren baru dalam berkomunikasi. Perkembangan ini harus diikuti dan dimanfaatkan oleh pemerintah. Gunakan gaya komunikasi kekinian untuk menyampaikan isu-isu strategis. Chanelling juga harus berkembang menjadi micro/targeted channel.
Manfaatkan kekuatan new media sambil tetap optimalkan media konvensional. Komunikasi pemerintah yang dulu tunggal dan terjadwal, kini harus berubah menjadi majemuk dan dilakukan kapan saja.
Jurnalime Rakyat
Dalam masa sulit seperti ini, semua pihak harus bergerak untuk berkomunikasi. Tidak cukup hanya pemerintah. Jurnalisme rakyat atau citizen journalism harus diperhitungkan menjadi salah satu mitra kerja yang diandalkan oleh pemerintah. Apalagi komunikasi sat ini bukan lagi two-step communication, tetapi multistep communication. Tiap individu bisa memiliki kekuatan untuk memengaruhi opini publik.
Konten adalah Raja
Penyajian materi yang kaya data sekarang sedang paling diminati. Bukan lagi soal siapa yang menyampaikan, tapi siapa yang mampu menyajikan konten yang menarik, dialah yang akan dicari oleh masyarakat.
Semua Orang adalah PR
Aparatur humas di pemerintahan harus mengambil peran untuk menyamakan persepsi soal paradigma, pola pikir dan cultural set yang baru pada semua aparatur di organisasinya. Sebab, humas saat ini tidak bisa lagi bekerja sendiri. Seluruh aparatur harus dapat berperan sebagai humas bagi organisasi kerjanya.
Pesan Positif
Pemerintah perlu berkomunikasi dengan pesan yang positif, menumbuhkan harapan, menggunakan data, fakta, dan informasi untuk mengonter hoaks, disinformasi dan misinformasi yang sedang banyak beredar.
Fokus pada Milenial
Jadikan generasi milenial sebagai fokus target komunikasi. Lakukan cara komunikasi yang sesuai dengan karakter mereka.
Orientasi Publik
Meminjam metode dan teknik di ranah bisnis, komunikasi juga harus berorientasi pada pelayanan publik yang tepat.
Gandeng Mitra
Kenali kelompok-kelompok strategis yang berpengaruh di daerah. Misalnya, tokoh panutan seperti ustaz, kyai, pejabat, atau artis. Klasifikasikan pengaruh masing-masing sesuai generasi. Gandeng mereka untuk menjadi mitra pemerintah dalam mengomunikasikan kebijakan publik.
Atiek berpesan, “Yang penting, kita harus benar-benar merombak kebiasaan (habit) kita dan spirit kita. Termasuk, mendobrak keseimbangan yang selama ini kita kenal.” (den)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab