Jelang “New Normal”, LSPR Siapkan Protokol Belajar Mengajar  

PRINDONESIA.CO | Kamis, 04/06/2020 | 1.130
Ada lima strategi dan persiapan yang dilakukan LSPR selama PSBB hingga memasuki era normal yang baru.
Dok. LSPR

LSPR Communication and Business Insititut menyiapkan protokol belajar mengajar seiring dengan adanya kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dampak pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) terhadap dunia pendidikan memang luar biasa. Data Unesco menyebutkan, tahun 2020, ada 1,1 miliar pelajar di seluruh dunia mulai dari TK hingga perguruan tinggi menerapkan belajar dari rumah.

Selain itu, ada sekitar 63 juta dosen dan guru di seluruh dunia yang tidak pergi mengajar. Serta, sebanyak 144 negara yang menerapkan penutupan daerah atau lockdown dan PSBB. Kondisi ini cukup memberi gambaran bahwa krisis Covid-19 bukanlah masalah sederhana. Pandemi ini juga menjadi tantangan berat, terutama bagi pengelola pendidikan, termasuk perguruan tinggi.

Bahkan, untuk kembali normal dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Pun ketika pemerintah berencana melonggarkan PSBB pada Juni ini, London School Public Relations (LSPR) Communication & Business Institute pun meresponsnya dengan mempersiapkan sejumlah protokol belajar-mengajar. Persiapan ini sekaligus dalam rangka memasuki era new normal atau normal yang baru. Bahkan, mereka sudah menunjuk Tim Gugus Covid-19.

Menurut founder dan CEO LSPR Communication and Business Institute Prita Kemal Gani, pertimbangan utama dalam protokol ini adalah keamanan kesehatan dan kenyamanan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Demikian juga para staf, karyawan dan dosen yang bekerja mendukung dan terlibat dalam proses belajar mengajar. “LSPR sudah mempersiapkan protokol belajar mengajar sejak sebelum PSBB diberlakukan pada 20 Maret 2020,” katanya secara tertulis, Rabu (3/6/2020).  

Bahkan, mereka sudah menyiapkan dan melakukan pelatihan terkait hal ini. Persiapan ini perlu dilakukan mengingat LSPR memiliki 5.000 mahasiswa, 325 staf, dan 260 orang pengajar. “Tidak mudah untuk membuat semua orang tiba-tiba berubah. Kami harus berpikir kreatif untuk merancang strategi selama berhadapan dengan pandemi,” ujarnya.

Ada lima strategi dan persiapan yang dilakukan LSPR selama PSBB hingga memasuki era normal yang baru. Antara lain:

“On-line Learning” atau “e-Learning”. On-line learning yang dipersiapkan LSPR bukan sekadar percepatan teknologi dan  mendigitalisasi apa yang ada di class room. On-line learning yang dipersiapkan harus mengandung wow effect dan engagement agar mahasiswa dapat tertarik mengikuti kelas. Salah satunya, mengemas materi layaknya kuis Who Wants to Be Millioner, Treasure Hunt, Wheel of Fortune, dan sebagainya.

Untuk bisa menyajikan pembelajaran seperti itu, LSPR telah melatih para dosennya agar dapat mengemas materi secara menarik berformat permainan (games). “E-learning  bukan hal baru bagi kami. Sejak lima tahun lalu kami sudah menggunakan metode ini untuk menunjang program PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Sehingga kami sudah memiliki learning management system, e-learning strategy, ratusan modul dalam bentuk on-line, dan sebagainya. Selanjutnya, tinggal modifikasi saja,” kata Prita

Aturan Selama Mengikuti Kelas “On-line”. Antara lain, harus rapi layaknya sedang kuliah off-line di kampus. Menggunakan background dalam format resmi.

“Student Hotline Services”. Untuk menjawab kebutuhan mahasiswa yang memerlukan bimbingan akademik, bimbingan tesis, hingga konseling masalah studi dan karier mereka. LSPR menyediakan 10 petugas yang bertugas dalam beberapa shift.  

Kelas “Off-line” dengan Protokol Ketat. Selama masa pelonggaran PSBB dan new normal, jumlah siswa di dalam kelas hanya separuh dari jumlah normal. Sisanya, mengikuti kelas dari rumah. Mahasiswa yang mengikuti kelas dari rumah tetap bisa mengikuti kelas on-line dan melihat secara langsung suasana kelas. Bedanya lagi, durasi di dalam kelas pun tidak bisa selama seperti dalam kondisi normal. Jika dulu dalam sehari ada tiga shift, maka sekarang ada enam shift.

Protokol Kesehatan dan Jaga Jarak Fisik. Selama diberlakukan kelas off-line, mahasiswa, pengajar dan staf yang akan memasuki kampus harus mengikuti standar protokol kesehatan dan jaga jarak fisik (physical distancing).

Sebelum memasuki kampus, mereka dipastikan menggunakan masker, harus melalui bilik berisi air sabun, menerapkan jaga jarak fisik termasuk di lift, menggunakan hand sanitizer, cuci tangan dengan sabun dan air yang sudah disediakan, lalu melakukan pengecekan suhu tubuh. Untuk dosen dan staf menggunakan face shield.  

Aturan ini sudah disosialisasikan melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, hingga situs resmi kampus. (rtn)