Menilik Komunikasi Kementerian dan Lembaga Selama Pandemi

PRINDONESIA.CO | Rabu, 04/11/2020 | 4.572
Meski sempat trending pada saat peluncuran, sayangnya, masih banyak didominasi oleh sentimen negatif. Mereka menilai program ini tidak memiliki dampak signifikan.
Dok. indonews.id

Pandemi COVID-19 masih marak dan terus menyebar di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Sejak kasus pertama diumumkan di Indonesia, lonjakan pasien positif terus terjadi dan kian meningkat.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan virus Corona. Kementerian dan lembaga di Indonesia pun harus bertindak cepat dan tanggap dalam menangani dampak dari lonjakan kasus yang terjadi sejak Maret 2020.

Perusahaan media intelligence Isentia melakukan Adapt and Response Analysis untuk menemukan bagaimana kementerian dan lembaga di Indonesia beradaptasi dan merespons krisis akibat dari pandemi COVID-19 melalui inisiatif komunikasi. Upaya ini dipadu dengan trendspotting analysis, tercatat bahwa terdapat peningkatan pembicaraan di media sosial terkait langkah kementerian dan lembaga selama masa pandemi ini.

Hasilnya, menurut Yudha Prawira, Country Insights Lead, Isentia Indonesia dan Marketing & Communication Team, Isentia Asia, tingginya pembicaraan tersebut didominasi oleh postingan terkait dengan Kementerian Keuangan yang mencapai total 18.852 buzz dengan highlight topic pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa akan terjadi resesi ekonomi. Namun, jika masyarakat disiplin menerapkan 3M dan TLI, ekonomi bisa tetap membaik dan pulih. Sedangkan dengan inisiatif komunikasi melalui Zoom meeting, Sri Mulyani melakukan sosialisasi dan menjelaskan secara detail langkah-langkah yang diambil Indonesia untuk menangani pandemi COVID-19.

Tingginya percakapan mengenai topik ini turut meningkatkan sentimen masyarakat terkait  kondisi perekonomian Indonesia ke depan jika resesi terjadi. “Topik ini juga tidak terlepas dari tanggapan negatif masyarakat terhadap ketidaksanggupan pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19,” katanya.

 

Aksi Nyata

Selain itu, Kementerian Sosial juga ramai dibicarakan warganet hingga muncul dalam 11.211 unggahan di media sosial. Dengan highlight topic Anggaran Kementerian Sosial yang mencapai Rp 104 triliun untuk bantuan sosial selama penanganan pandemi membuat Kementerian Sosial menjadi salah satu instansi pemerintah yang paling aktif selama pandemi. Sementara sebagai inisiatif komunikasi, Kemensos senantiasa melaporkan aktivitas dan pencapaian bansos melalui akun sosial media resminya.

Langkah ini tidak hanya menjadi perhatian warganet, namun juga menjadi pemberitaan berbagai media massa. “Dari sisi sentimen, sejumlah program bantuan sosial yang didistribusikan pihak Kemensos mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat di sosial media,” ujar Yudha. Di lain pihak, ia melanjutkan, sejumlah masyarakat menanggapi secara negatif yang menilai bahwa pendistribusian bantuan tersebut tidak merata.

Ada pula Kartu Prakerja yang kerap dibicarakan masyarakat dengan total 7.337 buzz. Peluncuran Kartu Prakerja pada masa awal pandemi menjadi highlight topic karena diperuntukan bagi pegawai yang dirumahkan, dengan pemberian insentif sebesar Rp 600.000 selama empat bulan setelah mengikuti pelatihan melalui program Prakerja.

Meski awalnya ditujukkan bagi lulusan baru yang belum bekerja, saat dampak pandemi semakin marak, kartu ini akhirnya diperuntukan bagi masyarakat yang terkena PHK. Inisiatif ini sendiri yang membuat program Kartu Prakerja menjadi trending pada saat peluncurannya. Sayangnya, suara tentang program ini masih banyak didominasi oleh sentimen negatif masyarakat. Mereka menilai program tidak memiliki dampak signifikan. “Mereka juga banyak yang mengalami kesulitan untuk dapat mengakses program tersebut,” tambahnya.

Hasil ini memperlihatkan bahwa pemerintah melalui kementerian dan lembaga terus berupaya untuk mengatasi sejumlah dampak akibat dari pandemi COVID-19 melalui program-program yang diluncurkan. Hal tersebut juga turut mengindikasikan masyarakat mengharapkan aksi nyata dari pemerintah untuk menanggulangi pandemi COVID-19 tersebut.

Sementara itu, program Kartu Prakerja masih menjadi yang paling banyak diperbincangkan masyarakat karena tingginya ekspektasi masyarakat bahwa program tersebut dapat meringankan beban mereka dalam menghadapi krisis ini di tengah semakin tingginya tingkat pengangguran. (adv)

 

Tentang Isentia

Isentia merupakan perusahaan analisa dan monitoring media berbasis Australia, didirikan pada tahun 1982 di Melbourne oleh Neville Jeffress. Awalnya. Isentia hanya menyajikan pemantauan terhadap media tradisional. Namun seiring perkembangan jaman, pemantauan media sosial juga dilakukan oleh Isentia dan diterapkan di Indonesia sejak tahun 2011.

Saat ini, Isentia tercatat dalam bursa saham Australia dan telah memiliki 18 kantor cabang di Melbourne, Canberra, Brisbane, Adelaide, Perth (Australia), Wellington dan Auckland (New Zealand), Kuala Lumpur (Malaysia), Singapore, Jakarta (Indonesia), Manila (Filipina), Hoi Chi Minh City (Vietnam), Bangkok (Thailand).

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Isentia, silakan mengunjungi isentia.com, https://www.isentia.com/isentia-id/?utm_source=website&utm_medium=partner-article&utm_campaign=PR-Indonesia-Oct2020&utm_content=komunikasi-kementerian-lembaga-covid-19.