Kiat Membangun Reputasi di Era VUCA

PRINDONESIA.CO | Sabtu, 02/10/2021 | 3.078
Membangun reputasi di era VUCA
Dok. The Iconomics

Diperlukan kiat khusus untuk membangun reputasi perusahaan di era VUCA. Bagaimana caranya?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Di era volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity (VUCA) terdapat perubahan dari berbagai aspek. Perubahan ini dapat mengubah cara praktisi humas dalam meningkatkan reputasi organisasi/korporasi. Praktisi humas perlu menyelaraskan strategi komunikasi mulai dari menyusun riset humas dalam organisasi dan menentukan strategi komunikasi dari hasil riset tersebut. Kemudian barulah strategi diimplementasikan kepada stakeholders melalui beberapa taktik.

AVP Komunikasi dan Relasi Korporasi di PT RNI (Persero) Fadhilah mengatakan ada kiat tersendiri agar korporasi tetap eksis di era VUCA.Di era saat ini, corporate communications harus mampu memetakan stakeholders, "Disamping itu corporate communications harus meningkatkan taktik dalam kerangka komunikasi," ujar wanita yang karib disapa Dhila ini. Semua ini untuk mencapai objective komunikasi yang sudah ditetapkan di awal.

Lebih lanjut, lulusan magister London school of Public Relations Communications and Business Institute  ini mengatakan kemampuan komunikasi perusahaan dalam memetakan stakeholders bervariasi. Mulai dari mengklasifikasikan stakeholders prioritas seperti menentukan dormantdiscretionarydominantdepended hingga dangerous stakeholders. “Jika korporasi bergerak di sektor perbankan, setiap komunikasi perusahaan dalam organisasi dapat mengklasifikasikan siapa yang menjadi power stakeholders," ujar wanita yang berpengalaman lebih dari 15 tahun di dunia komunikasi ini. Di sisi lain, jika korporasi berada di sektor pangan, praktisi komunikasi perusahaan harus mampu menentukan klasifikasi berdasarkan urgency stakeholders,” kata Dhila.

Tak dapat dimungkiri, pandemi menambah tantangan PR dalam mempertahankan reputasi perusahaan, Ia pun menyebut corporate communications harus menjaga hubungan dengan stakeholders, mempersiapkan crisis center, dan mempersiapkan crisis communication plan sebagai mitigasi risiko. "Mitigasi ini untuk menentukan apakah krisis komunikasi tersebut masuk dalam kategori low hazard, medium hazard, atau high hazard. (rvh)