Membangun itu mudah, yang sulit adalah merawat (mengembangkan) dan menjadikannya lebih besar. Kalimat itu sangat sering kita dengar ketika tengah berbincang soal pembangunan infrastruktur, program, hingga bisnis.
Oleh: Asmono Wikan, founder dan CEO PR INDONESIA
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa tidak mudah bagi siapa pun mempertahankan upaya yang sudah diperjuangkan sejak semasa sebelum pandemi. Ribuan bisnis kecil hingga besar seketika runtuh, bangkrut, dihantam pandemi. Kini, meski situasi di jalanan, pusat-pusat perbelanjaan, maupun perkantoran mulai ramai kembali, sejatinya situasi seperti sebelum pandemi belum benar-benar pulih.
Bagi mereka yang hingga kini masih mampu bertahan meski dihajar pandemi COVID-19, selalu akan dihadapkan dengan upaya, cara, dan metode untuk selalu mempertahankan dan mengembangkan hasil bisnis yang telah diperoleh selama ini. Konsistensi, lalu menjadi sebuah sikap yang mahal. Banyak pebisnis, politisi, maupun profesional di bidang lain, kerap kali terjatuh akibat kehilangan konsistensi. Kehilangan pasar, konstituen, maupun audiens mereka.
Di banyak literatur dan tulisan-tulisan populer disebutkan bahwa konsistensi memandu kebiasaan dan kebiasaan berdampak pada produktivitas dan kinerja.
- BERITA TERKAIT
- Kunci Utama Memimpin Tim Tetap Solid di Tengah Krisis Komunikasi
- Demokrasi di Meja Makan
- Peran Pengelolaan “Stakeholder” Mendukung Penerapan ESG dan Keberlanjutan
- Pentingnya Juru Bicara dalam Membangun Kredibilitas IKN
- Begini Rahasia Sukses Konferensi Pers