HOME » EVENT » PRIA

Catatan Juri PRIA 2023 Kategori Nonpresentasi: PR Harus Lebih Kreatif

PRINDONESIA.CO | Rabu, 01/03/2023 | 1.170
Materi komunikasi harus tetap kreatif
Dok. PR INDONESIA

Selain menemukan relevansi dengan target audiens, materi komunikasi harus tetap kreatif dan tidak monoton. Inilah catatan juri PRIA 2023 kategori nonpresentasi.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pada pelaksanaan kompetensi PR INDONESIA Awards (PRIA) 2023 sesi nonpresentasi, secara umum para juri menilai adanya peningkatan kualitas dan kuantitas entri peserta.

Hal ini diungkapkan oleh President Director of IPM Public Relations Maria Wongsonagoro kepada PR INDONESIA, Senin (1/3/2023). Untuk kategori krisis, misalnya, ia melihat adanya peningkatan pemahaman di kalangan peserta tentang public relations (PR) dan komunikasi, terutama dari segi strategi. Ia berharap peserta dapat meningkatkan kecepatan respons kepada publik. “Satu jam setelah krisis, PR harus sudah siap dalam berkomunikasi dengan publik,” katanya.

Para juri juga sepakat para peserta umumnya sudah mengikuti tren dalam melakukan penyampaian pesan. Account Director H+K Strategies Dian Adi Prasetyo mengatakan, tahun ini makin banyak peserta yang menonjol. Terutama dari kalangan pemerintah. “Banyaknya aturan dan kepatuhan (compliance) ternyata tidak menghalangi mereka dalam menyampaikan pesan lewat media digital,” kata pria yang akrab disapa Didut tersebut saat diwawancarai oleh PR INDONESIA, Jumat (17/2/2023).

Meski begitu, bukan berarti tanpa catatan. Untuk kategori owned media, terutama majalah, contohnya, Didut berharap makin banyak PR yang membuat desain majalah yang dapat memudahkan audiens dalam membaca. “Desain sebaiknya dibuat lebih cerah (vibrant),” katanya.

Upaya ini sejalan dengan target audiens yang didominasi generasi muda. Oleh karenanya, PR dituntut mengemas cara-cara kreatif dalam mengemas pesan. Salah satunya, infografis dan artikel yang relevan dengan pembaca.

Desain juga menjadi catatan penting dari juri Laporan Tahunan (Annual Report) dan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report), Verlyana (Veve) Hitipeuw. “Kemasan dan rangkuman dalam bentuk infografis tentang isi laporan maupun CEO Message yang menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca AR dan SR,” kata perempuan yang merupakan CEO & Principal Consultant Kiroyan Partners tersebut.  

Relevan

Tahun ini, juri untuk kategori Owned Media dan Kanal Digital Arya Gumilar menyoroti pentingnya relevansi. Terutama dalam mengelola media sosial. Menurut pria yang merupakan Chief of Creative Soetjipta Creative Campaigner, pengelolaan media sosial dibutuhkan komunikasi yang relevan dengan audiens dan dua arah. Sayangnya, ia masih menemukan karya-karya peserta yang mengedepankan unsur self-claim dan komunikasi satu arah di media sosial.

Arya melanjutkan ada dua elemen yang dia nilai dari hasil karya para peserta. Yakni, what to say dan how to say. Menurutnya, what to say menjadi tantangan karena praktisi PR harus melihat secara spesifik tentang hal yang akan dikomunikasikan kepada auduens. “Saya melihat masih ada peserta yang ingin memasukkan semua pesan ke dalam konten,” katanya. Padahal PR harus mengenal target audiens dan pesan yang ingin disampaikan.

Berikutnya, how to say. Yakni, cara mengatakan pesan agar lebih menarik. Beberapa peserta memang telah mengikuti tren di media sosial, membuat konten sesuai format, dan membuat konten yang digemari audiens. Namun, masih sebatas memenuhi kewajiban.

Ia berpendapat, untuk kategori owned media, how to say menjadi sangat penting. Tahun ini, pembukaan video profil dengan menggunakan drone dan diawali dengan kata Indonesia terlihat sama di hampir semua peserta. “Cara seperti itu memang lebih mudah dalam mengungkapkan pesan, namun terlihat kurang kreatif,” katanya. Arya berharap catatan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para peserta agar menghasilkan karya yang jauh lebih baik dan relevan di tahun depan. (rvh)