Belajar dari Kasus BSI, Pentingnya Kemampuan Negosiasi

PRINDONESIA.CO | Kamis, 25/05/2023 | 2.290
Ada harga yang harus dibayar mahal ketika negosiator gagal dalam melakukan negosiasi.
Foto Antara

Kemampuan bernegosiasi menjadi sangat vital saat organisasi sedang berhadapan dengan krisis. Seperti ketika PT Bank Syariah Indonesia Tbk (Bank BSI) bernegosiasi dengan peretas yang menyebabkan terganggunya layanan dan terancamnya keamanan data nasabah.  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada pelajaran penting dari kasus peretasan dan bocornya percakapan antara PT Bank Syariah Indonesia Tbk (Bank BSI) dengan kelompok peretas ransomware LockBit 3.0 ke publik. Yakni, kemampuan bernegosiasi atau lobbying.  

Pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya, seperti yang dilansir tekno.tempo.co, merangkum setidaknya ada empat kelemahan yang dilakukan negosiator Bank BSI saat bernegosiasi dengan ransomware LockBit 3.0. Pertama, foto profil BSI menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan, penggunaan foto ini memiliki interpretasi negatif seolah-olah perusahaan punya banyak uang.

Kedua, negosiator BSI tidak memberikan impresi yang baik kepada peretas di awal percakapan. Negosiator BSI langsung menggunakan jurus yang diistilahkan oleh Alfons sebagai “langsung tembak” dengan menulis kalimat, “Give me proof that you have compromised us”.

Sebaiknya, kata Alfons,  kita tetap mengedepankan sopan santun kepada siapa pun lawan bicara. “Langkahnya bisa dimulai dengan menceritakan siapa dan latar belakang kita,” katanya. Upaya ini penting untuk membuat suasana nyaman saat bernegosiasi.

Ketiga, penggunaan gaya bahasa. Negosiator BSI masih memosisikan diri sebagai pihak yang berkuasa. Hal itu tercermin dari komunikasi yang digunakan dengan gaya bahasa perintah bahkan menantang peretas membuka data nasabah.

Keempat, pihak BSI kurang menganalisis strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman) atau SWOT. Dari percakapan tersebut, Alfons berkesimpulan BSI tidak memeriksa data-data yang dicuri. “Sebaiknya, sebelum melakukan negosiasi, BSI harus menghitung berapa kerugian yang ditimbulkan. Apalagi kasus ini menyangkut reputasi dan nama baik,” ujarnya.

Kesepakatan  

Dalam dunia public relations (PR), negosiasi menjadi aspek penting dalam berkomunikasi. Manurut Casse, mengutip dari iprahumas.id, negosiasi adalah proses yang dilakukan minimal dua orang dengan persepsi dan kebutuhan yang berbeda untuk menyepakati suatu hal demi kepentingan bersama.

Pada prinsipnya, proses negosiasi dilakukan untuk mendapatkan kemenangan bersama (win-win solution). Istilah itu diartikan sebagai kesepakatan dalam mencapai kepentingan tanpa adanya paksaan.

Masih menurut Alfons. Ada harga yang harus dibayar mahal ketika negosiator kurang baik atau bahkan gagal dalam melakukan negosiasi. Yakni, hancurnya reputasi organisasi. (jar)