HOME » EVENT » PRIA

Simak Lima Tahapan Melakukan “Stakeholder Management”

PRINDONESIA.CO | Jumat, 23/06/2023 | 2.036
Director of Communications Tanoto Foundation Haviez Gautama, saat mengisi kelas workshop Stakeholder Mangement yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA di Bali, Kamis (16/3/2023).
Freandy/PR INDONESIA

Ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh public relations saat mengelola hubungan dengan para pemangku kepentingan.

BALI, PRINDONESIA.CO – Public relations (PR) memegang peranan penting dalam mengelola hubungan baik antara organisasi dengan para pemangku kepentingan. Sebab, menurut Director of Communications Tanoto Foundation Haviez Gautama, saat mengisi kelas workshop Stakeholder Management yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA di Bali, Kamis (16/3/2023), kemampuan PR mengelola pemangku kepentingan atau stakeholder management akan berdampak pada keberlanjutan bisnis perusahaan.

Dengan melakukan stakeholder management, PR dapat mengetahui stakeholder yang pro dan kontra terhadap program dan kebijakan perusahaan. Selain untuk mengidentifikasi, langkah ini juga dapat membantu PR dalam menentukan stakeholder yang termasuk kelompok prioritas.

Ketua Bidang Komunikasi Publik dan Kehumasan BPP PERHUMAS ini merangkum setidaknya ada lima langkah yang harus dilakukan oleh PR saat melakukan stakeholder management. Kelima langkah tersebut meliputi mengidentifikasi, memprioritaskan dan memetakan stakeholder, menilai stakeholder berdasarkan kebutuhan dan minat, mengidentifikasi motif, hingga membuat perencanaan untuk melibatkan stakeholder.

Identifikasi

Tahap pertama, identifikasi. Pada tahap ini, PR harus mengidentifikasi stakeholder baik individu maupun kelompok yang mempunyai ketertarikan terhadap program atau proyek yang akan dikerjakan oleh perusahaan. Di tahap ini, PR juga bertugas untuk mengelompokkan stakeholder yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari proyek tersebut. Serta, memperhatikan media dan orang-orang yang memiliki pengaruh, baik itu pejabat maupun pelanggan.

Stakeholder management bertujuan untuk membantu PR mengelompokkan stakeholder ke dalam dua bagian menjadi pro dan kontra. Haviez memberi contoh seraya menampilkan bagan biru untuk stakeholder yang pro dan merah untuk yang kontra. Selanjutnya, PR wajib mengisi informasi di bagan itu lengkap dengan nama, jabatan, latar belakang, sampai foto. Termasuk, alasan individu atau kelompok tersebut masuk ke dalam daftar tersebut.

Tahap kedua, membuat prioritas dan memetakan stakeholder prioritas berdasarkan tingkat interest (minat) dan influence (pengaruh). Di tahap ini, PR mengelompokkan stakeholder ke dalam empat kuadran. Terdiri dari keep informed, regular minimal contact, anticipate and meet needs, dan manage most thoroughly. Tahap ketiga, PR menilai stakeholder berdasarkan kebutuhan dan minat. Dari sini PR dapat mengetahui hal yang menjadi isu dan prioritas tiap stakeholder. Serta, memastikan ada atau tidaknya agenda tersembunyi dari stakeholder tersebut.

Tahap keempat, mengidentifikasi motif dengan melakukan wawancara, survei, dan diskusi kelompok. Menruut Haviez, PR juga dapat menggunakan jasa agensi digital untuk menghimpun suara-suara dari media sosial. Ia mengambil contoh dari pertanyaan yang disampaikan oleh Ahmad Faisal, peserta workshop dari PT Petrokimia Gresik, mengenai cara yang harus dilakukan PR saat wartawan “menggoreng” isu negatif. Sementara wartawan adalah stakeholder yang harus dirangkul oleh PR. “Caranya, PR harus mengidentifikasi motif dari wartawan tersebut,” kata pria yang pernah menjabat sebagai General Manager External Relations Shell Indonesia tersebut. Terakhir, membuat perencanaan untuk melibatkan stakeholder melalui berbagai aktivitas kolaborasi. (jar)