
Senior Manager Creative KOL Communications VERO Adisty Primatya menjelaskan, perusahaan saat ini dapat meningkatkan kesadaran merek dengan pengelolaan strategi sosial media yang mendorong keterlibatan karyawan dalam pendekatan employee generated content (EGC).
BANDUNG, PRINDONESIA.CO – Perkembangan media sosial telah membuka peluang bagi perusahaan untuk melakukan branding dengan lebih mudah dan murah, melalui berbagai konten. Namun, untuk tahun ini, Senior Manager Creative KOL Communications VERO PR Agency oleh Adisty Primatya mengatakan, ada satu peluang yang penting untuk ditangkap.
Disampaikannya dalam sesi workshop Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 bertajuk 360° Influencer: Mengelola Komunikasi Berdampak untuk Keberlanjutan Organisasi, Adisty menyebut, peluang tersebut adalah optimalisasi employee generated content (EGC), yang di 2025 ini bersanding dengan tren lainnya yakni video pendek, social commerce, kecerdasan buatan, dan influencer marketing. “EGC ini awalnya merupakan pendekatan yang digencarkan divisi HR kepada karyawan, guna memberi tahu kepada publik bahwa perusahaan merupakan tempat yang baik untuk bekerja,” jelas Adisty.
Adapun dalam konteks PR hari ini, terangnya, EGC merujuk kepada konten terkait brand atau perusahaan yang dibuat oleh karyawan. “EGC punya keunggulan karena pesan yang disampaikan karyawan bisa diterima 561% lebih baik oleh audiens, dibandingkan pesan disampaikan langsung dari perusahaan,” lanjut perempuan berkacamata itu seraya menyebut Careso, Ryan Nus, dan Nestle Pure Life yang punya konten EGC terbilang sukses.
EGC vs UGC
Melanjutkan Adisty, Social Media Manager VERO PR Agency Ahmad Sofyan menjelaskan, EGC memiliki perbedaan sudut pandang dengan user generated content (UGC) atau konten dari pengguna. UGC, katanya, dibuat agar pelanggan dapat berbicara seputar pengalamannya menggunakan produk perusahaan. Sedangkan EGC, dibuat untuk membagikan cerita kepada audiens tentang pengalaman maupun hal-hal menarik seputar perusahaan.
Adapun keberhasilan konten UGC dan EGC, imbuhnya, dapat diukur berdasarkan pemenuhan atas empat metric of success. Di antaranya content reach, impression, engagement, dan engagement rate. “Keempat hal tersebut akan tercapai dengan serangkai trial and error content, serta konsistensi tinggi sebagai bentuk penyesuaian persona content creator dengan nilai perusahaan,” kata Sofyan.
Sebelum mengakhiri sesi workshop, dalam sesi tanya jawab, Adisty Primatya menegaskan kembali bahwa konten EGC perlu disesuaikan dengan budaya perusahaan. “Hal ini nantinya dapat disusun dalam ilar konten dan dikemas dengan menyenangkan,” tutupnya. (nyk)
- BERITA TERKAIT
- Pemenang PRIA 2025: Bara untuk Menjadi Lebih Baik
- Best Presenter PRIA 2025: Kunci Meyakinkan Audiens
- Orkestrasi Narasi di Medsos, Kunci PosIND Hadapi Krisis
- Daftar Lengkap Pemenang PRIA 2025
- Puncak Satu Dekade PRIA 2025 Digelar di Bandung, Enam Institusi Raih Platinum