Peran PR Menjawab Tantangan Pemimpin di Masa Depan

PRINDONESIA.CO | Selasa, 03/10/2023 | 1.066
Chair of International Leadership Association Public Leadership Lab. Conventry University UK Profesor Mike Hardy saat mengisi The 5th LSPR ICCB
Dok. LSPR

Praktisi public relations dapat berperan dalam membantu para pemimpin menghadapi berbagai tantangan di era VUCA. Bagaimana caranya?

BALI, PRINDONESIA.CO – Ada banyak tantangan yang bakal dihadapi para pemimpin di era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA). Sejumlah tantangan tersebut disampaikan oleh Chair of International Leadership Association Public Leadership Lab. Conventry University UK Profesor Mike Hardy saat mengisi The 5th LSPR International Conference on Communication and Business (ICCB) di Denpasar, Bali, Jumat (25/9/2023).

Tantangan tersebut meliputi keamanan masyarakat, ASEAN sebagai pusat pertumbuhan global demografi, perkembangan digital dan inovasi, serta pengembangan berkelanjutan lewat integrasi. Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Hardy, masyarakat ASEAN harus dapat mengelola lima hal. yakni mengelola diri, organisasi, konteks, hubungan, dan perubahan.

Mengutip buku Yes to the Mess (2012) karya Frank J. Barrett, Professor in Strategic Communication Lund University Swedia Jesper Falkheimer, ada tujuh pelajaran kepemimpinan. Yakni, pemimpin harus menciptakan pembaharuan, mengembangkan variabilitas, menciptakan lingkungan yang aman untuk memaksimalkan pembelajaran, meminimalkan struktur untuk memaksimalkan otonomi, serta belajar dari melakukan (learning by doing). Di samping itu, pemimpin juga harus merotasi kepemimpinan dan belajar hal-hal baru.

Lantas, bagaimana peran public relations (PR) dalam membantu kepemimpinan? Profesor of University of Huddersfield UK Anne Gregory mengatakan, PR harus meningkatkan kapabilitas global, termasuk dalam mengelola kecerdasan buatan.

Ia melanjutkan, ada lebih dari 6.000 tools dapat digunakan untuk membantu praktisi PR. Berdasarkan riset global The Chartered Institute of Public Relations (CIPR) pada Agustus 2023, mayoritas penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diperuntukkan untuk monitoring dan media sosial. “Sebagai asisten, AI memperluas jangkauan dan memberi kita peran dalam tata kelola dan etika,” ujar Anne. (rvh)