Belajar Manajemen Isu dari Kasus Krisis Bakso Afung

PRINDONESIA.CO | Selasa, 31/10/2023 | 13.708
Pentingnya manajemen isu dari Kasus Krisis Bakso Afung.
Foto Instagram @basoafung

Ada pepatah yang bilang, masalah yang diabaikan adalah undangan untuk krisis. Lantas, bagaimana praktisi PR dapat mengidentifikasi dan menilai potensi dari dampak negatif yang berpotensi krisis?

Oleh: Jojo S. Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI)

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kata-kata bijak dari Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS ini memberi sorotan pada pentingnya manajemen isu. Bagaimana kita bisa mengidentifikasi dan menilai potensi dampak negatif, mengevaluasi opini publik, serta menangani masalah sebelum mereka berubah menjadi krisis.

Salah satu contoh bagus tentang manajemen isu dalam menghadapi krisis adalah kasus yang dialami oleh Bakso Afung. Saat influencer Jovi Adhiguna membawa kerupuk babi ke dalam restoran bersertifikat halal dan mencampurnya dengan makanan. Isu itu langsung viral.

Krisis makanan halal menjadi masalah serius bagi restoran seperti Bakso Afung di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Daging babi adalah haram dalam agama Islam, dan keterlibatan restoran halal dalam insiden seperti ini bisa merusak reputasi dan hubungan dengan pelanggan serta pihak terkait lainnya.

Bakso Afung segera mengambil tindakan untuk menangani masalah tersebut. Manajemen mengambil langkah dengan menghancurkan semua peralatan masak yang terkontaminasi di dapur dan menggantinya dengan yang baru. Tanggapan cepat dan tepat dari manajemen Bakso Afung menunjukkan cara manajemen isu yang efektif dapat membantu mengatasi masalah dan mencegah eskalasi menjadi krisis yang lebih besar. Dengan tegas, restoran tersebut menunjukkan komitmennya dalam menyajikan makanan halal kepada pelanggan dengan konsistensi dan integritas.

Selain itu, permintaan maaf tulus dari pihak restoran juga menunjukkan sikap transparan dan bertanggung jawab dalam menghadapi kesalahan. Langkah ini membantu membangun kembali kepercayaan pelanggan dan pihak terkait lainnya. Bakso Afung juga menunjukkan kreativitas dalam mengatasi masalah dengan melaksanakan aksi PR mencolok. Penghancuran peralatan masak yang terkontaminasi secara publik adalah tindakan berani dan efektif untuk menarik perhatian media serta mengendalikan narasi seputar krisis. Proses ini juga dipublikasikan melalui media massa maupun media sosial.

“PR Stunt”

Ya, memang dari sisi agama, penghancuran peralatan bukanlah cara yang sesuai, karena ada cara yang lebih tepat sesuai syariat untuk menghilangkan najis. Namun, itulah yang disebut public relations stunt (PR stunt) atau publicity stunt. Entah mereka benar-benar memahami konsepnya atau tidak, yang jelas PR stunt adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, organisasi, atau individu dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian besar dari media atau masyarakat secara luas. PR stunt ini dirancang untuk menciptakan buzz atau sensasi, sehingga berpotensi mendapatkan cakupan media yang luas tanpa perlu mengeluarkan biaya iklan yang besar.

Manajemen Bakso Afung sepertinya paham betul bahwa masyarakat kita suka tontonan. Drama dan pertunjukan selalu menarik perhatian. Penghancuran peralatan makan dan masak ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab yang serius dalam mempertahankan status halal restoran. Dengan mengatasi masalah dengan cepat dan proaktif, Bakso Afung berhasil mencegah masalah tersebut berubah menjadi krisis yang lebih parah.

Dengan menggabungkan manajemen isu yang efektif dan manajemen krisis yang tepat, organisasi dapat meminimalkan dampak negatif pada reputasi mereka dan mempertahankan kepercayaan dari para pemangku kepentingan. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, manajemen isu menjadi senjata ampuh bagi organisasi untuk menghadapi masa depan dengan percaya diri dan kesiapan.

Kasus Bakso Afung menjadi contoh bagus tentang pentingnya manajemen isu dalam menghadapi tantangan yang muncul. Dengan mengidentifikasi masalah dengan cepat, mengambil tindakan yang tepat, dan berkomunikasi secara transparan, Bakso Afung berhasil mengatasi krisis makanan halal dengan efektif. Langkah-langkah proaktif yang diambil oleh manajemen membantu restoran ini mencegah masalah tersebut berkembang menjadi krisis yang lebih besar.

Penghancuran peralatan masak yang terkontaminasi secara publik juga berhasil menarik perhatian media dan mengendalikan narasi seputar krisis. Selain itu, permintaan maaf yang tulus dari pihak restoran menunjukkan sikap bertanggung jawab dan transparansi dalam menghadapi kesalahan, sehingga membangun kembali kepercayaan pelanggan dan pihak terkait lainnya.

Dengan memahami konsep manajemen isu dan manajemen krisis, organisasi lain dapat belajar dari pengalaman Bakso Afung dalam menangani masalah yang muncul. Keterlibatan proaktif dalam menghadapi issue, evaluasi opini publik, dan tanggapan yang tepat dapat membantu organisasi mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi krisis yang lebih besar. Jadi, jika tukang bakso saja sudah paham manajemen isu, masa Anda masih gagal paham? Come on, time to level up!