Organisasi Profesi Dokter Hingga Akademisi Serukan Perbaikan Komunikasi Menkes

PRINDONESIA.CO | Senin, 19/05/2025
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin
doc/kompas.com

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet budiarto beserta ratusan Guru Besar FKUI meminta Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk memperbaiki komunikasi publik guna membangun ekosistem yang sehat dan menjaga kepercayaan publik.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Viral beberapa waktu yang lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pria dengan ukuran celana jeans 33 ke atas berisiko lebih cepat menghadap Allah alias meninggal dunia. Sebagian besar pihak memandang buruk pernyataan tersebut.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto bahkan meminta Menkes yang mantan bankir tersebut untuk segera memperbaiki pola komunikasi publik. “Harus diperbaiki pola komunikasi Menkes, karena ini menyangkut penyakit,” ujarnya dilansir dari Sindonews.com, Kamis (15/5/2025).

Dalam konteks ini, Budiarto juga menyarankan agar Menkes menunjuk juru bicara yang berlatar belakang medis guna memastikan informasi yang disampaikan terarah. “Sebaiknya juru bicara Pak Menkes adalah dari tenaga kesehatan, bisa dokter, perawat dan lain-lain yang memahami kesehatan,” imbuhnya.

Etika Komunikasi

Tidak hanya IDI yang melayangkan seruan agar Menkes Budi segera memperbaiki komunikasi publiknya. Terpantau organisasi profesi kedokteran hingga akademisi di bidang kedokteran juga punya tuntutan serupa. Secara terbuka dalam deklarasi bertajuk “Salemba Berseru” yang digelar pada Jumat (16/5/2025), Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyuarakan keprihatinannya terhadap kebijakan dan komunikasi Kementerian Kesehatan pada pemerintahan saat ini.

Dalam kesempatan tersebut, Ratusan Guru Besar FKUI pun menyampaikan harapan agar kepala pemerintahan bisa membangun kemitraan yang sehat antara Kementerian Kesehatan, rumah sakit, Kementerian Pendidikan Tinggi, serta kolegium. “Menjaga ruang dialog, etika komunikasi, dan iklim akademik yang sehat sebagai landasan perbaikan lanjutan,” tulis surat yang disampaikan 121 Guru Besar FKUI kepada Presiden Prabowo Subianto.

Polemik seputar komunikasi publik Menkes Budi terkait isu-isu kesehatan memang seharusnya mendapat perhatian khusus. Sebab, mengutip jurnal Komunikasi Kesehatan (2022) karya Rifqi dan Mia, komunikasi kesehatan memainkan peran penting dalam menciptakan perilaku masyarakat yang peduli terhadap kesehatan. Risiko dan masalah kesehatan, tulis keduanya, harus dikomunikasikan secara efektif dan tepat, demi mengurangi ketidaknyamanan secara emosional maupun psikologis.

Seakan melengkapi, praktisi government public relations (GPR) sekaligus founder Govcom Ani Natalia Pinem menegaskan, di tengah hantaman berbagai isu dan krisis kepercayaan publik saat ini, penting bagi pemerintah untuk menerapkan komunikasi berbasis empati. “Tunjukkan keberpihakkan kepada rakyat kecil dengan pesan yang humanis” ujarnya kepada PR INDONESIA saat ditanya soal isu pengurangan takaran Minyakita, Kamis (13/3/2025). (eda)