![](https://www.prindonesia.co/timthumb.php?src=https://static.prindonesia.co.id/upload/20231129030159ESG_1.jpeg&w=750)
Oleh: Moch. N. Kurniawan, Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University
Akhir tahun lalu, saya menulis artikel yang membahas soal Proyeksi Kehumasan 2023 dengan menganalisis data di Media Sosial sepanjang tahun 2022. Di sana, terlihat bahwa kelompok kata sustainability (prinsip keberlanjutan), environment, social, and governance (lingkungan, sosial, dan tata kelola) atau dikenal dengan ESG, sedang menjadi topik yang mencuat di masyarakat Indonesia.
Sebagai komunikator dan praktisi hubungan masyarakat (humas), tentunya kita harus memperhatikan perkembangan ini. Bahwa ada dorongan dari institusi untuk mengkomunikasikan prinsip keberlanjutan kepada para pemangku kepentingan. Selain itu, saya juga melihat ada kebutuhan untuk mendalami dan berdiskusi tentang keberlanjutan, terutama dalam komunitas humas.
Pemahaman komunikator dan praktisi humas tentang prinsip keberlanjutan, pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting), serta dampak keberlanjutan terhadap aspek komunikasi institusi pasti bervariasi. Hal ini tidak mengherankan mengingat kompleksitas dan kedalaman isu-isu terkait keberlanjutan yang harus dipelajari agar bisa berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pemangku kepentingan.
- BERITA TERKAIT
- Peran PR Mengelola Konflik Organisasi
- Kuasai Rumus SANTRI untuk Menjadi PR Masa Kini
- Persiapan "Public Affairs" Menghadapi Perubahan Pasca Pemilu 2024
- Belajar “Client Servicing” dari Drama Korea My Demon
- Menguak Tabir PR: Ketika Standar Global Tidak Selalu Cocok di Indonesia