Diskominfo Jatim Soroti Pentingnya Narasi dalam Menyikapi Tantangan Komunikasi

PRINDONESIA.CO | Senin, 14/07/2025
webinar CERDIG (Cerdas Digital) batch 3 bertajuk Manajemen Komunikasi Publik, Jumat (11/7/2025).
doc/diskominfo jatim

Pakar komunikasi pelayanan publik Algooth Putranto mengatakan, GPR melalui media sosial instansi harus bisa mengisi ruang digital dengan narasi yang faktual, humanis, dan relevan.

SURABAYA, PRINDONESIA.CO – Seiring perkembangan lanskap dunia komunikasi, peran government public relations (GPR) tidak lagi sebatas menyampaikan informasi. Dinamika ruang digital yang kompleks dan menantang telah menuntut para praktisi GPR untuk bertanggung jawab menjaga citra, dan membangun kepercayaan publik. Hal tersebut ditegaskan Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur (Jatim) Putut Darmawan.

Putut berpandangan, perluasan peran GPR dan tantangan dunia digital hari ini mengharuskan praktisi GPR memiliki kecakapan mengelola media sosial instansi yang melampaui fungsi administratif. Dalam konteks ini, katanya, ada beberapa aspek yang diperlukan. “Di antaranya kepekaan sosial, kecepatan merespons dinamika publik, dan kemampuan membangun dialog yang produktif dengan warganet,” ujarnya dalam webinar CERDIG (Cerdas Digital) batch 3 bertajuk Manajemen Komunikasi Publik, Jumat (11/7/2025).

Selaras dengan Putut, pakar komunikasi pelayanan publik Algooth Putranto menambahkan, dalam praktiknya GPR melalui media sosial instansi harus bisa mengisi ruang digital dengan narasi yang faktual, humanis, dan relevan. “Upaya ini bukan semata publikasi, tetapi bagian dari strategi meningkatkan algoritma positif di Google. Semakin sering informasi positif dan kredibel muncul, semakin kuat citra baik pemerintah terbangun di benak publik,” terangnya.

Narasi Menjawab Tantangan GPR 

Menyambung Algooth, pakar media relations Arief Sitohang menggarisbawahi pentingnya narasi yang jernih, bernilai, dan dapat dipercaya, lebih daripada sekadar pendekatan klarifikasi, dalam konteks mengatasi salah satu tantangan besar dunia komunikasi kiwari yaitu persebaran informasi tidak jelas. “Tantangan sekarang bukan lagi soal menyampaikan klarifikasi, tapi membangun narasi yang jernih, bernilai, dan dipercaya di tengah kebisingan digital yang membingungkan publik,” paparnya.

Pandangan dan urgensi yang ditekankan tiga praktisi di atas sejalan dengan apa yang pernah disampaikan founder sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan, dalam webinar Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), Selasa (18/3/2025). Asmono menegaskan, dewasa ini praktisi komunikasi perlu mengedepankan pendekatan naratif yang otentik, membangun emosi, dan berakar pada realitas organisasi sebagai bagian strategi komunikasi yang kuat.

Dalam konteks ini, Asmono berpendapat, GPR yang pada dasarnya memiliki kecakapan “mendongeng” secara strategis, sejatinya tidak hanya bertugas menguntungkan organisasi, tetapi juga memberi makna bagi publik melalui cerita yang dirajut secara apik. (eda)