Praktisi public relations (PR) harus paham berbagai jenis krisis. Berikut jenisnya berdasarkan waktu terjadinya krisis.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Krisis bisa terjadi kapan pun di setiap organisasi. Untuk itu, public relations (PR) harus siap setiap saat. Steven Fink, pakar krisis manajemen asal Amerika Serikat dalam bukunya berjudul Crisis Management Planning for the Innevitable (2005), mendefinisikan krisis sebagai kondisi yang tidak stabil. Hal tersebut menyebabkan perusahaan harus mengambil tindakan dan keputusan secara cepat dan tepat.
Krisis dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk waktu kejadiannya. Menurut Scott M. Cutlip, dkk., dalam bukunya Effective Public Relations (2000), tipe-tipe krisis berdasarkan waktu ada tiga jenis. Di antaranya:
1. Krisis yang Bersifat Segera
Krisis yang bersifat segera atau immediate crisis merupakan tipe krisis yang terjadi secara tiba-tiba tanpa ada sinyal yang menandakan krisis akan muncul. Krisis jenis ini paling ditakuti oleh banyak perusahaan di dunia. Pasalnya, saat krisis datang, perusahaan tidak mempunyai waktu untuk menyusun perencanaan.
Tipe krisis ini datang dikarenakan adanya bencana yang terjadi dan berdampak pada perusahaan. Misalnya, gempa bumi, kebakaran, dan serangan bom. Krisis jenis ini sangat memerlukan konsensus terlebih dahulu untuk level manajemen yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan rencana umum. Sehingga, saat terjadi krisis seperti ini, manajemen sudah siap dan tahu cara menghadapinya.
2. Krisis Baru Muncul
Krisis yang baru muncul (emerging crisis) adalah tipe krisis yang memerlukan praktisi PR untuk terlebih dulu meneliti krisisnya, sebelum masalahnya meledak dan menyebabkan kerusakan. Contoh, rendahnya semangat karyawan dalam bekerja, terjadinya pelecehan seksual di tempat kerja, dan penyalahgunaan jabatan.
3. Krisis Bertahan
Krisis bertahan atau sustained crisis merupakan tipe krisis yang sudah lama berlalu, tetapi masih muncul dalam kurun waktu yang cukup lama, bisa bulanan bahkan tahunan. Padahal masalahnya telah diatasi dengan sebaik mungkin oleh manajemen. Saat krisis ini datang, korporasi atau instansi harus bekerja ekstra. Pasalnya, krisis sudah menyebar dan sulit untuk dikendalikan. Misalnya, spekulasi atau rumor tentang perusahaan yang menyebar luas dari mulut ke mulut, lalu di beritakan oleh media massa, menyebar ke publik, hingga tidak dapat dikontrol lagi oleh PR.
Itulah jenis-jenis krisis yang dapat dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya. Praktisi PR harus siap kapan pun dan di dalam situasi apa pun. Bagaimana menurut Sobat PR? (dlw)
- BERITA TERKAIT
- Jadi Pemimpin Baru ASPIKOM Korwil DIY-Jateng, Rouli Manalu Siap Perkuat Sinergi
- 5 Manfaat Data untuk Meningkatkan Hubungan dengan Media
- Perbedaan “On the Record, Off the Record, On Background” dalam Komunikasi Media
- Media Massa Arus Utama Masih Berperan Penting dalam Komunikasi Pemerintah
- Belajar dari Pidato Gibran, Pentingnya Penguasaan Bahasa dalam “Public Speaking”