Popularitas TikTok menciptakan peluang bagi public relations (PR) meningkatkan brand awareness. Simak caranya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Berdasarkan laporan We are Social, jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai 106,52 juta orang pada Oktober 2023. Jumlah tersebut meningkat sebesar 6,74 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Data Socialinsider.io merinci, 41,26 persen pengguna TikTok di Indonesia didominasi generasi Z berusia 18-24 tahun. Sementara pengguna berusia 25-34 tahun mengisi porsi sebesar 38,40 persen.
Tak hanya dari kalangan muda, sebanyak 12,64 persen pengguna TikTok di Tanah Air berusia 35-44 tahun. Sisanya 4,84 persen pengguna berusia 45-54 tahun, dan 2,86 persen berusia 55 tahun.
Tren tersebut merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan public relations (PR) untuk menyebarkan informasi sekaligus membangun kesadaran merek (brand awareness). Bagaimana caranya? Mengutip linkedin.com, ada empat langkah yang bisa dilakukan PR.
1. Kenali Audiens
TikTok merupakan tempat bagi generasi Z dan milenial mencari konten yang otentik, menghibur, dan relevan. Kedua generasi itu juga dikenal sebagai konsumen yang sangat kritis dan cerdas, menghargai nilai-nilai sosial, keberagaman, dan inovasi.
Oleh karena itu, untuk menarik perhatian mereka, penting bagi PR memahami minat, preferensi, hingga masalah yang sedang mereka hadapi. Hal tersebut bertujuan agar PR dapat menyusun strategi konten sesuai dengan nilai-nilai yang dianut target audiens.
2. Pilih Konten dan Format
TikTok menyediakan beragam pilihan konten dan format yang bisa dieksplorasi dalam pembuatan konten sesuai strategi korporasi. Sebagai contoh, fitur video pendek dapat digunakan untuk memberikan informasi seputar produk dan layanan dengan pendekatan konten yang sedang viral.
Siaran langsung dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan pengikut, menjawab pertanyaan, atau mengadakan acara khusus. Sementara duet atau stitches dapat digunakan untuk berkolaborasi dengan pengguna lain, merespons umpan balik atau kritik.
3. Berinteraksi dengan Pengikut dan KOL
TikTok bersifat inklusif dengan interaksi sebagai kunci utama membangun kepercayaan, loyalitas, dan dukungan. Dalam kaitannya, interaksi yang bisa dilakukan PR dengan pengikut dan key opinion leader (KOL) adalah menyukai, mengomentari, dan membagikan konten mereka.
Selain itu, PR juga bisa menciptakan kampanye konten yang melibatkan pengguna, mengadakan kontes, dan memberikan hadiah. Ajak juga audiens dalam proses pembuatan konten dengan mengajukan pendapat, saran, pertanyaan, atau menggunakan hashtag dan filter tertentu.
4. Mengukur Hasil dan Dampak
TikTok menyajikan beragam metrik untuk menilai sebuah konten. Informasi mengenai hitungan konten ditonton, disukai, dikomentari, dibagikan, pengikut, dan waktu tonton akan sangat berguna untuk evaluasi. Informasi yang sama juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengoptimalkan strategi ke depan.
Selain itu, PR juga dapat memanfaatkan perangkat eksternal seperti Google Analytics untuk melacak konversi, potensi pelanggan, atau penjualan. Sementara untuk memantau reputasi merek, sentimen dan tingkat kesadaran, dapat menggunakan perangkat seperti Hootsuite.
Bagaimana, siap memanfaatkan potensi besar yang ditawarkan TikTok? (jar)
- BERITA TERKAIT
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab
- Dorong Kecakapan Komunikasi, Kementerian Ekraf Apresiasi Kelas Humas Muda Vol. 2