HOME » EVENT » PRIA

5 Pengetahuan Ini Dapat Mengoptimalkan Digital PR Perusahaanmu

PRINDONESIA.CO | Kamis, 07/03/2024 | 9.194
Founder dan CEO Media Buffet Bima Marzuki di workshop The 9Th PR INDONESIA Awards (PRIA), Bali, Rabu (6/3/2024).
Komang/PR INDONESIA

Kesalahpahaman tentang digital public relations harus diluruskan karena akan memengaruhi strategi dan tujuan akhir komunikasi. 

BALI, PRINDONESIA.CO — Istilah digital public relations (PR) sering disalahartikan sebagai aktivitas kampanye di media sosial. Namun, menurut founder dan CEO Media Buffet Bima Marzuki, definisi digital PR jauh lebih luas dari itu.

“Sebenarnya core platform dari digital PR itu website," kata Bima, tegas, saat mengisi sesi workshop The 9th PR INDONESIA Awards (PRIA) di Bali, Rabu (6/3/2024). "Fondasi dari digital PR sangat melibatkan SEO, mesin pencari Google, dan tentu saja kontennya itu sendiri," imbuhnya.

Bima menjelaskan bahwa digital PR bukan hanya sekadar membuat konten atau mengunggah pernyataan di media sosial. Cara ini mungkin saja efektif, namun inti dari digital PR sebenarnya bukan media sosial, melainkan optimasi SEO, mesin pencari Google, dan kekuatan konten.

“Banyak orang salah kaprah,” kata pria yang sebelumnya dikenal sebagai  jurnalis televisi tersebut. “Mereka menganggap bahwa digital PR itu cukup nge-boost banyak konten di media sosial, padahal tidak seperti itu konsepnya.”

Di hadapan peserta workshop, Bima lantas membagikan lima pengetahuan penting untuk menunjang kesuksesan digital PR. Antara lain, memahami cara kerja mesin pencarian, memahami SEO dan tools, memahami teknis website, mengoptimalkan data analitik untuk konten, menguasai content writing yang tepat.

Menurutnya, penting bagi praktisi PR untuk mengetahui cara kerja mesin pencarian, seperti Google Search, agar konten bisa muncul di halaman pertama dan bagian teratas pencarian. “Jika kalah saing dalam artikel, PR bisa beralih ke konten video YouTube yang berpeluang muncul di halaman teratas Google,” kata alumnus Universitas Gadjah Mada itu.

Ia juga merekomendasikan tools seperti Keywords Everywhere, Google Trends, Ubersuggest, SEMRush, dan media social listening. Di satu sisi, praktisi PR juga perlu memahami elemen SEO seperti on page SEO, off page SEO, technical SEO, dan local SEO.

Bima menyarankan agar PR mempelajari unsur-unsur teknis website seperti SEO-friendly, desain UI/UX, analytics tools, hingga technical errors. Ia juga berpendapat PR perlu mengumpulkan data menggunakan SEO tools dan menginterpretasikannya untuk membuat konten yang diminati audiens.

Tidak ketinggalan, dalam mempelajari teknik content writing untuk digital PR harus berdasarkan audience behaviors dan data driven, yang diperoleh dari hasil analitik.

Sementara itu, menjawab pertanyaan dari Lukman, peserta dari LPDP, Bima menjelaskan bahwa ada dua indikator yang bisa digunakan untuk menilai kualitas website. Yakni, melakukan benchmarking dan menyusun strategi.

Untuk yang pertama, kata Bima, dapat dilakukan dengan cara membandingkan website dengan bisnis serupa. “Dari sana, PR bisa mengetahui profil audiens yang masuk ke lamannya,” kata peraih gelar master dari Universitas Paramadina ini. Setelah itu, ia melanjutkan, PR bisa menetapkan tujuan (end goals) dan merumuskan strategi yang tepat. (HUR)