CEO Infipop Irfan Prabowo menegaskan, data dapat menjadi sinyal yang mampu memandu strategi sekaligus playbook ketika dikelola dengan intuisi yang benar dan dukungan bantuan kecerdasan buatan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Bagi setiap organisasi, data kini menjadi elemen yang penting lebih dari sebelumnya, karena memainkan peran kunci dalam melahirkan keputusan strategis hingga pengelolaan citra dan reputasi. Namun, selaras dengan itu, kecakapan praktisi public relations (PR) juga perlu diperkuat. Dalam konteks ini, intuisi komunikasi perlu diperkaya dengan ketajaman analisis agar organisasi mampu beradaptasi di tengah dinamisnya informasi yang beredar.
Sebagaimana dijelaskan CEO Infipop Irfan Prabowo, hal tersebut penting karena dalam lanskap hari ini data kuantitatif dan kualitatif yang mencakup usia, demografi, atau gender tidak lagi cukup. Lebih dari itu, tegasnya, diperlukan pemahaman mengenai psikografis dan perilaku audiens dengan cara berinteraksi langsung untuk memahami cara pikir mereka secara kontekstual. “Sebagai media yang dianggap Jaksel-centric, kami akhirnya turun langsung ngobrol dengan audiens untuk menentukan strategi komunikasi yang benar-benar relevan,” jelasnya mencontohkan dengan praktik yang dijalankan Infipop dalam Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 4, di Bart Artotel Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/11/2025).
Bagi Infipop, lanjut pria yang akrab disapa Fanbul itu, perjalanan mengawali bisnis dari konten sederhana yang didukung data dapat berkembang menjadi sesuatu yang besar. Ia mencontohkan dengan proyek Bangun Lawan, sebuah gerakan yang mengajak publik mengambil langkah kecil untuk tubuh, pikiran, dan keuangan lebih baik. Dari konten spontan seperti aktivitas pagi dan rutinitas bergerak, aktivasi tersebut berkembang menjadi user-generated content (UGC) yang membuktikan bahwa inovasi sering lahir dari rutinitas yang konsisten.
Dukungan AI
Fanbul menegaskan, dalam konteks kekinian data hadir di mana saja, dan tidak hanya dalam grafik reach atau impression. Untuk bisa mencernanya, lanjutnya, prkatisi PR dapat menggunakan dukungan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mampu memetakan pola-pola data, untuk kemudian diterjemahkan menjadi strategi komunikasi yang lebih terukur. Pendekatan ini, katanya, tidak hanya bisa digunakan untuk sekadar mengejar viralitas, tetapi juga membangun investasi jangka panjang dalam bentuk revenue dan keberlanjutan perusahaan.
Selaras dengan itu, Director PT Datawave Korpora Indonesia Arya Gumilar dalam kesempatan terpisah sempat pula menegaskan bahwa praktisi PR hari ini sejatinya dapat berjalan beriringan dengan AI untuk memudahkan pekerjaan. Hal tersebut ia sampaikan untuk menepis keraguan akan tergantikannya peran PR di tengah dinamika tekonologi baru. “Yang membedakan kita dengan AI adalah perasaan emosional dan komunikasi lateral (horizontal communication) sehingga terciptanya personality yang berbeda-beda,” ucapnya dalam workshop Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025, Selasa (25/2/2025).
Kembali kepada Fanbul, ia menegaskan, ketika PR bertemu dengan data, keputusan dapat menjadi lebih presisi, dan pesan pun akan terasa lebih hidup. Terpenting, tutupnya, hubungan dengan audiens akan semakin lebih kuat dan berkelanjutan. (EDA)
- BERITA TERKAIT
- Nugroho Agung Bahas Hal di Belakang Layar Kerja PR dalam Buku Barunya
- Meramu Strategi Komunikasi Melalui Intuisi, Data, dan AI
- Catat Tanggalnya! PR INDONESIA Akan Luncurkan 3 Buku Penting
- Mengatasi Tantangan Tentang Data dalam Praktik PR dengan “Purposive Driven”
- Memahami Pentingnya Data bagi Praktisi PR dalam Kelas Humas Muda Vol.4