Strategi Herbathros Gaet Anak Muda Minum Jamu

PRINDONESIA.CO | Selasa, 28/05/2024
Generasi muda menilai jamu sebagai warisan budaya dan gaya hidup alami.
Foto Herbathros

Menurut studi PT Herbathros, jamu kini semakin digemari oleh anak muda. Untuk menarik minat generasi ini, Herbathros akan menggunakan pendekatan yang lebih inovatif. Seperti apa?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Anak muda tidak lagi memandang jamu sebagai sesuatu yang kuno. Kesimpulan tersebut didapat perusahaan penyedia produk-produk jamu PT Herbathros Untuk Indonesia melalui studi terbarunya. Terungkap di dalamnya, terdapat peningkatan apresiasi kaum muda terhadap jamu sebagai warisan budaya sekaligus bagian dari gaya hidup alami.

Direktur Utama PT Herbathros Ahmad Zaini menerangkan, selaras dengan temuan itu pihaknya juga mencatat peningkatan penjualan sebesar 20 persen pada kuartal pertama tahun ini, dengan kontribusi penjualan terbesar dari konsumen berusia 18-35 tahun atau generasi milenial dan Gen Z.

Menyambut hal-hal tersebut, kata Ahmad, PT Herbathros akan lebih gencar menyasar generasi muda. “Kami berkomitmen untuk menghadirkan pendekatan yang lebih modern dan inovatif, yang resonan terhadap kecintaan mereka terhadap musik dan budaya pop,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (27/5/2024).

Menurut Ahmad, salah satu tantangan yang mesti dipecahkan untuk semakin mendekatkan jamu kepada generasi muda adalah memahami preferensi maupun kebiasaan mereka. “Dengan memahami, kami siap mengintegrasikan jamu ke dalam gaya hidup modern dan menciptakan produk yang sesuai kebutuhan maupun selera mereka,” lanjutnya.

Pendekatan Inovatif

Salah satu pendekatan inovatif yang akan dilakukan PT Herbathros guna menggaet konsumen muda adalah menghadirkan presentasi produk secara lebih modern, terutama untuk merek Etawalin, Freshmag, Zymuno, Freshvision, Etawaku Platinum, dan Bio Insuleaf. Ahmad mengatakan, sejumlah merek tersebut merupakan produk unggulan konsumen muda mereka.

Sejalan dengan itu, kata Ahmad, pihaknya juga akan menggencarkan edukasi mengenai jamu, yang selama ini hanya bersifat “warisan” dari keluarga, dan akan menghadirkan inovasi untuk menyiasati rasa jamu yang cenderung dinilai pahit. “Kami yakin ada peluang besar untuk mengintegrasikan jamu ke dalam kehidupan generasi muda,” pungkasnya. (jar)