SPS Menjawab Tantangan di Era Disrupsi

PRINDONESIA.CO | Kamis, 14/02/2019 | 1.834
Banyak usaha agar perusahaan pers tetap bertahan.
Dok. SPS

Disrupsi begitu keras mengguncang perusahaan pers, khususnya media cetak. Akankah disrupsi mematikan perusahaan penebar informasi?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - “Tentu saja tidak,” ujar Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) terpilih Alwi Hamu pada malam penganugerahan SPS di Gedung Siola, Surabaya, Kamis (7/2/2019). Ia tetap optimistis bahwa media cetak akan tetap hidup sepanjang komunikasi ini tetap diperlukan dari awal hingga dunia berakhir. Oleh karena itu, ia melanjutkan, untuk menghadapi tantangan berat di era disrupsi, pada kongres ke-25, para pengurus SPS merapatkan barisan guna membuat dan menyepakati sejumlah program dan agenda kerja. 

Dalam bidang Program, para pengurus merumuskan beberapa hal. Antara lain, menyelenggarakan workshop manajemen pers media atau dikenal dengan SPS School of Media Management secara rutin, seminar terkait pers dan industri pers, program riset dengan mengadakan IMRAS dan penerbitan direktori media, penghargaan untuk media cetak dan on-line (IPMA, InMA, IYRA, ISPRIMA), perjuangan ‘No Tax for Knowledge’, menata ulang program verifikasi perusahaan pers dengan Dewan Pers, penyelesaian kasus dana abadi lumbung pers, mendorong perusahaan pers untuk mencari model-model bisnis baru di era digital, dan mengupayakan kerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam menyosialisasikan program kerja.

Adapun beberapa hal yang dirumuskan di bidang Rekomendasi Eksternal, yaitu negara harus hadir untuk memberikan insentif bagi perusahaan pers demi kelangsungan masa depan pers nasional, pemerintah harus lebih tegas menangani kebijakan perpajakan bagi perusahaan over the top asing, Dewan Pers wajib mengeluarkan sertifikasi bagi media yang sudah selesai diverifikasi oleh SPS, dan semua media yang telah terverifikasi oleh SPS berhak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal kerja sama dengan pemerintah daerah.

Sedangkan hal-hal yang diputuskan di bidang Rekomendasi Internal, yaitu meminta para anggota agar terus menerus meningkatkan kualitas jurnalisme dan manajemen usahanya agar dapat bertahan di era digital, SPS membuat kajian tentang pembuatan agregator konten dan kajian terkait revitalisasi peran SPS dalam menghadapi era disrupsi. (rvh)