Kurangi Jejak Lingkungan Demi Keberlangsungan Usaha

PRINDONESIA.CO | Jumat, 01/03/2019 | 2.448
Komitmen mengurangi sampah plastik kemasan dengan melibatkan masyarakat.
Ratna/PR Indonesia

Bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) 2019, Unilever menunjukkan komitmennya dengan menambah delapan titik kumpul flexible plastics (FP) atau kemasan multilayer seperti sachet di delapan kota di Indonesia. Komitmen ini ditunjukkan di Bank Sampah Induk Gesit di Jakarta, Kamis (28/2/2019).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Delapan kota yang dimaksud adalah Jakarta, Bandung, D.I Yogyakarta, Sidoarjo, Denpasar, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Adapun titik kumpul dipusatkan di bank sampah induk yang ada di kota-kota tadi. Nantinya, sampah FP yang sudah terkumpul akan dibawa ke pabrik pengolahan di Sidoarjo, Jawa Tengah untuk diolah kembali menjadi pelet plastik yang bisa digunakan menjadi kemasan baru.

Menurut Sinta Kaniawati, Head of Sustainable Business dan Yayasan Unilever Indonesia, langkah yang mereka lakukan merupakan bagian dari kerangka kerja Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Yakni, strategi perusahaan untuk terus meningkatkan bisnis seraya mengurangi setengah dampak lingkungan yang ditimbulkan dan meningkatkan manfaat sosial bagi masyarakat.

Ya, komitmen untuk mengurangi limbah kemasan memang sudah lama menjadi perhatian Unilever. Upaya itu dilakukan dengan tiga cara, membuat 100% kemasan plastik yang digunakan dapat didaur ulang, digunakan kembali atau diurai di tahun 2025, menggunakan minimal 25% konten plastik daur ulang dalam kemasan plastiknya dan mengurangi sepertiga berat kemasan plastik yang diproduksi perusahaan pada tahun 2020. “Kami ingin mengurangi jejak lingkungan yang dihasilkan dari operasi bisnis kami,” imbuh Sinta.

 

Partisipasi Masyarakat

Langkah ini, menurut Sinta, tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat. Upaya penanggulangan sampah adalah tanggung jawab bersama dan harus dimulai dari unit terkecil, yakni rumah tangga. Data dari Neale McMillan, IDRC, Community Solutions For Indonesia’s Waste, menunjukkan daerah perkotaan di Indonesia menghasilkan 55.000 ton sampah padat per hari yang perlu diolah. Dari total jumlah tadi, 7.250 ton-nya berasal dari sampah Jakarta. Fakta lain juga menunjukkan, penyumbang sampah terbesar di perkotaan umumya berasal dari sisa konsumsi rumah tangga. Sampah-sampah tersebut mayoritas diangkut dan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Untuk itu, kita jadikan program ini sebagai titik awal untuk menjadikan lingkungan lebih sehat, bersih dan hijau,” ajaknya. 

Beragam kampanye dan edukasi baik di kalangan internal maupun eksternal sudah dilakukan guna membangun awareness dan gerakan untuk mulai melakukan perubahan. Antara lain, zero waste to nature di seluruh pabrik dan kantor pusat Grha Unilever, menempatkan drop box untuk kemasan pascakonsumen di Grha Unilever,  penempatan dropbox di Hypermart untuk kemasan pascakonsumen, dan edukasi di tiga toko di Surabaya. (rtn)